(13) Ramadan Tak Biasa, Larangan Mudik, dan Sikap Legowo
Dengan aturan pelarangan mudik yang jelas dan tegas saja, masyarakat yang tak punya pilihan untuk hidup di tempat rantau, dengan berbagai cara tetap berupaya mudik. Meski penjagaan chekpoint ketat, tetap saja ada masyarakat yang lolos dan pada akhirnya membuat pemerintah daerah mengkarantina masyarakat yang lolos ini.
Bagaimana bila aturan larangan dilonggarkan? Tentu juga akan dijadikan celah dan dimanfaatkan pula. Dalam praktiknya, meski ada peraturan larangan, karena alasan kemanusiaan, tetap ada petugas yang meloloskan pemudik pulang ke daerahnya.
Lebih dari itu, dalam informasi berita yang beredar, malah ada tips dari petugas bila mau lolos dari pencekalan mudik.
Dalam diskusi ILC TV One dengan tema pelonggaran larangan mudik, Selasa malam (5/5/2020), apa yang menjadi pembicaraan para nara sumber, bila saya tarik kesimpulannya, masalah pelarangan mudik ini memang seharusnya menjadi kesadaran penuh masyarakat dan pemerintah juga jangan abai melihat masyarakat yang di larang mudik, namun garansi ekonominya diperhatikan (pangan dan papannya).
Bila hal ini terjadi maka akan ada keberhasilan dari peraturan larangan mudik. Yang pasti, larangan mudik bila dipatuhi, benar-benar akan signifikan mengurangi penyebaran corona, yang faktanya kini setiap hari di Indonesia terus bertambah.
Masyarakat legowo
Atas kondisi pandemi corona dan dilema mudik, memang yang wajib dikedepankan adalah masyarakat harus legowo.
Legowo berarti sikap bisa menerima keputusan, tidak dendam, tidak suudzon, dan tidak curiga. Legowo juga bermakna menerima kondisi yang terjadi sebagai ketetapan Tuhan dan pelaksanaan legowo lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan. Tapi kalau bisa, maka segala perkara dan kejadian akan dianggap sebagai nikmat dan bukan kesulitan.
Karenanya, sikap legowo masyarakat sambil berharap pemerintah tidak abai dalam bantuan pangan papannya, akan sangat berarti di saat seperti ini. Saat pandemi corona terus menyebar dan menjemput ajal.
Rasulullah sendiri pernah bersabda, bahwa Perang Badar hanyalah perang yang kecil maknanya dibanding perang yang selanjutnya harus dihadapi manusia. Sebab, perang besar itu adalah perang menghadapi hawa nafsu.
Manusia berhadapan dengan perang tersebut setiap hari. Jika bisa dimenangkan, Insyaallah bisa terhindarkan dari bahaya penyebaran corona. Untuk itu, mari kita semua benar-benar menyadari, bahwa akibat corona semua aspek kehidupan terimbas.