Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(23) Mencintai yang Realistis

14 April 2023   11:34 Diperbarui: 14 April 2023   11:37 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(23) Mencintai yang Realistis
Ilustrasi Supartono JW


Manusia yang menyadari dan memahami hakikat (intisari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya atau sesugguhnya), sebagai mahkluk individu, beragama, berbudaya, dan sosial, akan senantiasa menjadikan "cinta" sebagai podasi serta pedoman untuk langkah kehidupan di dunia dan duniaNya, berdasarkan realita (kenyataan), bukan atas dasar khayalan (angan-angan).

(Supartono JW.Ramadan23.1444H.14042023)

Menonton berita pagi di berbagai stasiun televisi nasional, Jumat (14/4/2023), tepat di hari ke-23 Ibadah Ramadan 1444 Hijriah, pemberitaannya, di Stasiun Kereta
Api, Terminal Bus, Pelabuhan, dan Bandara Udara, semua sudah mulai dipadati calon penumpang yang akan mudik Lebaran ke berbagai tujuan di nusantara.

Pastinya, di musim mudik ini, kesempatan juga dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia lintas agama. Semua mendapat keberkahan dan kecipratan rezeki hadirnya Ramadan dan Idul Fitri.

Apa alasan yang paling tepat untuk masyarakat yang mudik? Di antara salah satu jawabannya adalah karena "rasa cinta". Yah, rasa cinta ini seperti halnya umat manusia menjalani berbagai langkah di kehidupan di dunia mau pun untuk kehidupan akhirat.

Menjalani atau melakukan apa pun, yang dilandasi oleh rasa cinta yang benar dan baik, maka insyaAllah akan mendatangkan keselamatan, keberkahan, keberhasilan, dan kesuksesan baik di dunia mau pun akhirat. Kemenangan di hari  Idul Fitri, yaitu kemenangan spiritual, emosional, dan intelektual.

Hakikat manusia

Pertanyaanya, apakah semua yang akan mudik atau tidak mudik akan mendapatkan kemenangan spiritual, emosional, dan intelektual dengan dasar atau pondasi rasa cinta yang benar dan baik?

Persoalan cinta ini, tidak terlepas dari kodrat, hakikat keberadaan manusia hingga berada di dunia. Kemudian dalam pekembangannyanya, ada hakikat manusia sebagai mahkluk individu, makhluk beragama, makhluk berbudaya, dan makhluk sosial.

Dari berbagai literasi, saya simpulkan bahwa, manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan.

Berikutnya, manusia, menurut fitrahnya adalah makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk yang memiliki rasa dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dan juga yang mengangkat harkat kemuliaan di sisi Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun