(28) Surat Terbuka (2) untuk Erick Thohir di HUT PSSI ke-93
Perjuangan via Harian TopSkor untuk sepak bola akar rumput belum berhasil, Harian TopSkor pun ikutan tutup seperti Tabloid GO.
Kini, saya pun ikutan malas menulis artikel tentang pendidikan dan sepak bola di media cetak yang ada. Namun tetap menyuarakan isi hati via media online bernama Kompasiana. Kompas dan Indonesiana. Tempo.
Hanya dua media online tersebut yang dapat mendeskripsikan apa yang ada dalam pikiran dan hati saya menyoal pendidikan, masalah sosial, hingga masalah sepak bola nasional.
Pikiran dan tenaga saya dipakai PPKGBK
Saya juga berterima kasih kepada Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) di bawah naungan Kesekretariatan Negara, sebab membaca artikel saya di media online ini, karena saya menulis solusi agar GBK tidak diperlakukan anarkis oleh suporter, justru percaya kepada saya, lalu mengundang saya sebagai Nara Sumber untuk pencegahan suporter agar tidak anarkis lagi, sampai tuntas, hingga saya presentasi di seluruh jajaran Direktur dan Direktur Utama.
Saya pun membalas dengan melahirkan PESSI, yaitu Program Edukasi Suporter Sepak Bola Indonesia, yang saya tulis pada 5 Februari 2018.
Tolong jangan hanya janji, saya menunggu realisasi
Perajalan panjang saya berjuang untuk sepak bola akar rumput secara nyata di SSB Sukmajaya yang saya dirikan sejak 10 Juni 1998, sekarang jelang usia 25 tahun, lalu saya terus aktif menulis tentang sepak bola nasional, khususnya sepak bola akar rumput, nyatanya pikiran, waktu, dan tenaga saya baru dimanfaatkan dengan benar dan baik oleh PPKGBK.
Bahkan hanya dengan satu artikel yang isinya, saya memberikan alternatif solusi menangani suporter agar tidak rusuh dan anarkis, satu artikel itu, CUKUP AMPUH, membuat saya dapat menjadi NARA SUMBER di PPKGBK, bukan di PSSI.
Tahun 2012, SSB di Depok saya akui sebagai Anggota Pengcab
Pak Erick, saya juga sempat ingin masuk menjadi bagian dari PSSI.
Saat itu, saya pun menjadi salah satu pelamar Sekjen PSSI, yang pada akhirnya, terpilih Sekjen Ratu Tisha. Sebab, selain kapasitas saya di dunia pendidikan dan sepak bola, saya juga memiliki pengalaman yang tidak baik-baik saja saat tiga Periode Kepenguran Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Depok duduk sebagai Pembina Usia Muda, karena SSB tetap belum diurus dengan benar oleh PSSI pusat.