Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

1445 H (4) Bersikap dan Berbuat Realistis

13 Maret 2024   23:56 Diperbarui: 13 Maret 2024   23:56 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (4) Bersikap dan Berbuat Realistis
Ilustrasi Supartono JW


Orang yang realistis, sikap dan perbuatannya, antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukannya, sama. Tidak munafik.

(Supartono JW.14032024)

Tiga artikel Fase Rahmat, Ramadan 1445 Hijriah telah saya tulis. Pertama tentang "Memahami Perbedaan dan Keniscayaan". Kedua, "Menjadi Aktor/Aktris Asli di Kehidupan Nyata". Ketiga, "Berbuat Baik yang Benar, Bakat/Keturunan?"

Kini, masih di Fase Rahmat, saya menulis tentang "Bersikap dan Berbuat Realistis". Judul ini saya pilih, sebab bagi saya pribadi, berbuat dan bersikap realistis, sering kali sulit.

Terlebih, orang-orang atau pihak yang seharusnya dapat dijadikan teladan, bagaimana bersikap dan berbuat realiatis, malah memberikan contoh sebaliknya. Berbuat yang jauh dari realita. Memaksakan kehendak, di luar "kemampuannya". Sehingga harus melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik. Seperti tidak jujur, berbohong, korupsi, licik, dan sejenisnya.

Realistis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), realistis didefinisikan sebagai sesuatu hal yang memiliki sifat nyata atau real dan suatu hal tersebut memiliki sifat wajar.

Karena itu, siapa pun orang yang melakukan sikap dan perbuatan realistis, tentu orang yang cara berpikirnya  didasarkan pada penilaian obyektif terhadap situasi atau masalah dan mampu "melihat-membaca dunia" dengan jernih. Cerdas pikiran-kaya hati, kuat iman, bertaqwa.

Maka, mampu menerima kenyataan apa adanya, baik hal-hal positif maupun negatif, dan tidak terjebak dalam harapan atau impian yang tidak realistis. Membantu individu untuk lebih rasional, mengambil keputusan yang bijaksana. Dapat melihat dan menghadapi kenyataan dengan jujur, tanpa mengabaikan fakta atau terjebak dalam ilusi yang tidak realistis.

Menurut World Health Organization (WHO), pemahaman tentang sikap realistis sangat penting bagi kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, karena mampu mengelola stres dalam menjalani kehidupan yang wajar.

Sementara, dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan perbuatan realistis dapat membantu seseorang menghadapi tantangan, menyesuaikan harapan dengan kenyataan, dan mengembangkan ketahanan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun