Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

1445 H (5) Tentang Hujan dan Urip Iku Urup

15 Maret 2024   05:58 Diperbarui: 15 Maret 2024   11:05 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (5) Tentang Hujan dan Urip Iku Urup
Ikustrasi Supartono JW

Kalimat "agar kamu selalu ingat" dapat dimaknai bahwa umat manusia wajib menjauhi laranganNya, wajib menjalankan perintahNya, yaitu bertaqwa.

Sesuai ayat tersebut, hujan yang diturunkan sebagai rahmat serta untuk mengingatkan manusia agar selalu bertaqwa, nyatanya kehadiran hujan, malah ada yang mengakibatkan bencana alam dan korban jiwa.

Artinya, manusia memang wajib selalu "ingat". Bahwa apa yang telah diperbuat dengan tidak merawat alam dan lingkungan dengan benar dan baik, maka banjir dan tanah longsor adalah akibat yang penyebabnya wajib dan harus kita ingat-ingat karena kurang atau belum atau tidak bertaqwa.

Apa sebabnya sampai hujan yang merupakan rahmat, justru mendatangkan bencana dan korban jiwa? Alam dan lingkungan adalah tempat yang membuat manusia dapat hidup. Tetapi bila diperlakukan tidak sesuai aturan yang benar dan baik, maka alam akan berlaku sebaliknya kepada manusia.

Urip iku urup

Bila hujan adalah rahmat Allah yang wajib disyukuri. Hujan diturunkan juga sebagai pengingat untuk manusia agar selalu bertaqwa. Satu dari sekian banyak filosofi jawa yang dapat membimbing kita menjadi orang yang lebih baik adalah "urip iku urup".

Makna dari ungkapan tersebut sekarang kurang atau bahkan tidak dipahami di era modern. Karenanya, tidak heran bila
filosofi ini minim sekali untuk dapat kita laksanakan, pasalnya, aura duniawi amat kuat dan kental menyelimuti kita.

Bahkan hujan yang datang sebagai rahmat dari Allah, malah berubah menjadi bencana alam.

Perlu kita pahami bahwa "Urip Iku Urup" maksudnya "Hidup itu Nyala", memiliki makna, hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita. Semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain. Tetapi sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang lain jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.

Wajib selalu kita ingat bahwa, kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, apalagi sok berkuasa. Seolah semua hanya untuk diri sendiri, untuk keluarga, dinasti, untuk kroni, dll.  Kita dilahirkan untuk saling memberi, saling menolong, dan saling membantu sesama tanpa ada rasa pamrih.

Bahkan, semua agama mengajarkan, manusia sebagai makhluk sosial, wajib saling interaksi dan menolong kepada sesama. Menyadari hidup didunia ini hanyalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal dan lebih baik di kehidupan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun