Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

1445 H (15) Tempat yang Manis

25 Maret 2024   10:18 Diperbarui: 25 Maret 2024   10:20 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (15) Tempat yang Manis
Ilustrasi Supartono JW

Bila semut memiliki akal, hati, beragama, dan terdidik seperti manusia, akankah semut masih gemar membahayakan dirinya tercebur dan mati bersama yang "manis", meski bukan miliknya. Mengapa manusia yang punya akal, hati, agama, dan terdidik, tetap ada yang gemar mencebur di tempat yang "manis", takut kehilangan yang bukan milik?

(Supartono JW.25032024)

Selama Ramadan ini, ada hal menarik yang selalu hadir di meja makan  setelah kita sekeluarga menikmati santap berbuka puasa. Yang menarik, selalu saja ada semut yang ikut giliran berbuka puasa mendekati, bahkan sudah tercebur masuk ke dalam wadah es buah atau minuman segar yang manis. Demi yang manis, tidak sedikit semut yang mati mengambang di air es buah atau minuman manis.

Andai saja semut memiliki akal dan pikiran, juga beragama, serta terdidik. Apakah masih akan ada semut-semut yang mati demi yang manis? Bahkan mati bersama yang manis, tapi membunuhnya. Dan, yang manis itu bukan milik semut. Kapan semut akan bertobat, sadar dan menyesali perbuatannya hingga tidak terulang mati sia-sia?

Bersyukur

Bersyukurlah bila Ramadan 1445 Hijriah, kita dapat termasuk golongan orang-orang yang bertobat, sadar dan menyesal akan perbuatan-perbuatan yang salah yang tidak benar di mata Allah, dan kita berniat untuk mengaku dosa kita dihadapan Allah dan tidak akan mengulanginya kembali.

Kita juga termasuk golongan orang-orang yang dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan khusyuk, yaitu penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh-sungguh, penuh kerendahan hati.

Sehingga menjadi orang yang lapang dada, menerima segala keadaan dengan senang hati. Menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri maupun orang lain dengan lebih ikhlas, yaitu bersih hati, tulus hati.

Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Sebab, keikhlasan berarti sebuah kejujuran atau kerelaan.

Lapang dada dan ikhlas, dapat diartikan sebagai tidak ada dendam ataupun perasaan negatif lainnya yang tersisa di hati kepada siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun