Fergusoo
Fergusoo Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bersabar Kala Bencana, Bersabar Kala Puasa

17 Mei 2020   18:55 Diperbarui: 17 Mei 2020   18:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersabar Kala Bencana, Bersabar Kala Puasa
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar".

(QS. Al Anfal [8] : 46)

Bangsa ini adalah bangsa yang besar dan kuat. Kebesaran dan kekuatan bangsa ini terletak dalam kuatnya ikatan kegotong-royongan dan kebatinan manusia-manusianya. Dan alam telah berhasil membuktikan, bagaimana bangsa ini bisa bertahan dikala krisis dan bencana menghadang, kita tetap bisa bergandeng tangan keluar dari masalah tersebut.

Masih jelas dalam ingatan kita, bagaimana bencana yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah telah merenggut ratusan nyawa dan memberikan kerugian ekonomi yang besar. Gedung-gedung, rumah ibadah, rumah warga dan pusat perbelanjaan menjadi sasaran amukan alam yang marah.

Ratap tangis dan jeritan menjamur ditiap sudut-sudut kota dan desa. Ada yang tertimpa puing-puing bangunan dan tak terselamatkan, ada pula yang terkubur dalam tanah yang bergoyang karena likuifaksi. Dititik itu, kita semua sejenak menaikkan doa kepada Ilahi agar Sudi kiranya mengampuni bangsa yang sudah bebal akan dosa-dosanya.

Setelah itu semua terjadi, secara perlahan, Palu dan Sigi mulai berbenah. Kepingan-kepingan kota yang luluh lantak dihantam bencana disingkirkan dan mulai dibenahi. Tenda-tenda pengungsian satu demi satu dibongkar karena rumah warga berangsur-angsur sudah bisa kembali ditempati. Rasa traumatik itu diobati melalui doa bersama, agar kiranya Kesabaran dan Ketaatan masyarakat Palu semakin diperlebar oleh Dzat yang Maha Kuasa, Khalik Langit dan Bumi.

Setelah badai Tsunami dan Likuifaski berlalu, bangsa kita kembali diterpa bencana nasional. Virus corona yang awalnya bermula di Wuhan China, bisa cepat menyebar ke tanah air. Lalu lintas manusai yang padat dan cepat, serta globalisasi yang berlari mengejar waktu menjadi penyebab masalah ini semakin cepat merebak.

Alhasil, sejak diumumkan adanya kasus pertama ditanah air, tepatnya di Jakarta, korban nyawa yang berjatuhan satu demi satu menghiasi layar kaca. Kita lantas sedih dan takut, bagaimana mungkin sebuah virus baru bisa menginvasi Indonesia dengan sangat cepat. Mau tak mau, suka tidak suka, kehidupan sosial yang berjalan seperti biasanya harus berhenti.

Sembari menunggu vaksin virus corona ditemukan, pemerintah telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu cara untuk menghentikan penyebaran virus corona dari satu daerah ke daerah yang lain. Kegiatan-kegiatan yang sedianya sering kita lakukan, mulai dari sekolah, berolahraga, berbelanja, bekerja hingga beribadah harus kita lakukan dari rumah.

Mengkarantina diri sendiri didalam rumah menjadi salah satu gaya hidup baru agar terbebas dari corona. Apalagi saat ini kita sedang melalui bencana bersamaan dengan bulan puasa. Ujian kesabaran untuk tidak makan dan minum selama hampir 12 jam lamanya harus mampu kita kendalikan bersamaan dengan kesabaran untuk tidak keluar rumah bila tak ada kegiatan yang terlalu penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun