Fergusoo
Fergusoo Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Harkitnas dalam Bingkai Pandemi Virus Corona, Ramadan dan Lebaran Sebentar Lagi

20 Mei 2020   20:01 Diperbarui: 20 Mei 2020   19:58 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harkitnas dalam Bingkai Pandemi Virus Corona, Ramadan dan Lebaran Sebentar Lagi
Sumber Shutterstock

Diyakini bahwa Boedi Oetomo bisa meligitimasi  sejarah perjuangan bangsa dalam melawan kolonialisme dan asal-usul perjuangan tersebut. Menurut Sejarahwan Hilmar Farid yang dikutip dalam laman Historia.id mengatakan bahwa "Boedi Oetomo dipilih karena ia organisasi yang paling moderat, nasionalis, jalan tengah dan yang paling penting tidak berhasil secara politik. Karena kalau berhasil secara politik, orang akan melacak asal-usul dirinya kepada organisasi ini; kalau ini ini tidak bisa."

Refleksi  Harkitnas Tahun 2020 Dalam Momentum Ramadhan dan Hari Raya

Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh hari ini sangat bertepatan dengan apa yang bangsa ini sedang butuhkan. Permasalahan darurat kesehatan yang beranak-pinak dan bergeser ke sektor yang lain seperti sektor ekonomi, pariwisata, pendidikan dan sosial budaya bangsa menjadi sebuah ancaman.   A New Normal  disebut-sebut sebagai sebuah tatananan sosial yang akan berkembang dimasa  depan setelah pandemi ini.

Pempus dan pemda pun sempat silang pendapat ketika memutuskan apakah akan menetapkan lockdown atau karantina wilayah sebagai cara untuk memutus penyebaran virus corona. Sebagai jalan tengah, diambillah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)  sebagai kebijakan populer yang cocok dengan nilai sosial dan budaya bangsa.

Problematika tidak hanya terjadi ditingkat atas, masyarakat akar rumput juga banyak yang berkeluh kesah karena kehilangan pekerjaan, omset menurun bahkan sudah tak tahu dengan cara apa agar bisa bertahan hidup sehari-hari. Bantuan Sosial yang dikucurkan pemerintah menjadi bola liar yang malah menimbulkan kecemburuan sosial yang baru. Masalahnya lagi-lagi sama,   pada database dan kriteria penerima bantuan. Padahal semuanya terdampak virus corona.

Untung saja, Indonesia ini tidak kekurangan orang baik. Sengkarut bantuan tersebut bisa teratasi karena beberapa orang dan organisasi menyatukan barisan untuk membantu mereka yang terdampak. Apalagi ditengah momentum Ramadhan seperti ini. Banyak makanan, sembako dan barang-barang yang dibagikan secara cuma-cuma kepada rakyat.  

Situasi pandemi virus corona hingga saat ini belum diketahui kapan akan selesai. Alhasil Ramadhan tahun 2020 adalah Ramadhan yang beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun suasananya berbeda, tetapi semangatnya tetap sama. Semangat untuk berbagi kebaikan dan merawat persatuan sebagai sesama anak bangsa masih tetap menyala-nyala.

Saat ini, ancaman kesatuan anak bangsa terletak pada situasi pandemi seperti ini. Kebijakan politik yang harus linear dengan kebutuhan masyarakat yang berbasi ilmiah perlu dikedepankan agar tidak ada lagi pemda yang menerapkan aturannya sendiri-sendiri. Kesatuan masyarakat untuk mematuhi PSBB apalagi.

Tagar #IndonesiaTerserah adalah sebuah tamparan ke wajah kita semua. Pagi hingga malam para tenaga kesehatan berjibaku merawat pasien positif covid-19, mengedukasi masyrakat untuk tetap dirumah hingga memakamkan mereka yang menjadi korban ganasnya virus ini. Dan ada sebagian orang yang malah acuh tak acuh bergerak sesukanya. Padahal semua itu berpotensi memunculkan sebuah kasus baru.

 Masyarakat ibarat play maker yang menentukan kemana arah kasus ini bergerak. Akankah bola bisa maju kedepan dan menciptakan gol kegawang lawan atau malah sebaliknya, gawang kita yang akan kebobolan.  Semua itu ada ditangan masyarakat. Terserah!

Refleksi Harkitnas dalam suasana Ramadhan dan Pandemi virus corona harus kita maknai sebagai sebuah momentum untuk bersatu selamat dari musibah ini. Dengan tetap dirumah saja, kualitas peribadatan kita dengan keluarga juga akan semakin erat. Walau tak bisa kemana-mana hingga mudik pun hanya jadi angin lalu saja, kita harus tetap bersatu untuk menundukkan virus corona dibawah kaki kita. Dari perpsektif lain, harkitnas adalah glorifikasi yang harus kita rayakan sebagai sebuah pergolakan moral bertemunya dua kemenangan, yaitu kemenangan melawan pandemi dan kemenangan dalam beribadah karena Hari Raya Lebaran sebentar lagi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun