Soufie Retorika
Soufie Retorika Penulis

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Selamat Ulang Tahun dan Selamat Merayakan Kebangkitan Lahat

20 Mei 2020   23:46 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:49 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Ulang Tahun dan Selamat Merayakan Kebangkitan Lahat
Penari Paseumah, dok. Tropen Museum

Hari Kebangkitan Nasional ke 112 jatuh pada tanggal yang sama dengan hari lahir Kabupaten Lahat yang kini merayakan HUT ke-151.


Menurut data sejarah dan Wikipedia Indonesia, bahwa pada masa Inggris berkuasa di Indonesia, marga tetap ada. Dan, pada masa kekuasaan Belanda sesuai dengan kepentingannya pada waktu itu, pemerintahan di Kabupaten Lahat dibagi dalam Afdeling (Keresidenan) dan Onder Afdelling (kewedanan). 

Dari 7 afdelling yang terdapat di Sumatera Selatan, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi dengan 5 (lima) daerah onder afdelling, dan afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, Kikim serta Besemah dengan 4 onder afdelling. Dengan kata lain, (waktu itu) di Kabupaten Lahat terdapat 2 keresidenan. Pada tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, serta Besemah beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux, dan posisi marga sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei 1869 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatra Selatan No. 008/SK/1998 tanggal 6 Januari 1988.

Lahat adalah negeri subur yang kehidupan masyarakat sangat tergantung pada pertanian dan perkebunan, dari 500 ribu jiwa diperkirakan sekitar 70%-80% penduduk berprofesi sebagai petani, pekebun dan buruh tani (atau buruh kebun), data sendiri dari beberapa desa dan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Lahat. Pada masa Pandemi Covid 19 mereka terkena imbas parah dari harga jual produk pertanian dan perkebunan yang menurun, sekalipun naik tidak begitu menguntungkan bagi masyarakat.

Apalagi saat ini masyarakat berada pada bulan suci Ramadhan yang hampir berakhir beberapa hari lagi. Yang nampak di pelupuk mata saya kekhawatiran.

Sebut saja Kamil (50 th) salah satu petani di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Lahat yang menceritakan tentang harga cabe rawit setan sekitar Rp 13.000-14.000/kg dan harga seledri yang ditanamnya cuma Rp 4.000/kg. Beras di daerahnya antara Rp 10.000-11.000/kg. Belum lagi jika hasil panen dibagi dengan pemilik tanah, atau dibawa ke tengkulak yang menjual ke Kota Lahat.

"Ongkos angkut Rp. 100.000 ke kota, lebih baik jual di kalangan saja."

"Tipis sekali untung, cukup beli bahan bakar dan makan sehari-hari."

Menurut mereka pasar tradisional kalangan yang seminggu sekali diadakan sebagai alternatif tempat jualan, daripada menjual ke kota. Asal protokol kerumunan dijaga. Tapi mustahil saat hilir mudik orang di pasar tidak saling bersinggungan.

Hanya kepasrahan dari wajah mereka saat Ramadhan, yang berarti lebaran sebentar lagi. Wajah mereka penuh harapan untuk segera bangkit dari keterpurukan kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun