Sri Maryati
Sri Maryati Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan Tingkatkan Kreativitas dan Produktivitas Kelas Menengah

2 Maret 2024   12:18 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:53 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan Tingkatkan Kreativitas dan Produktivitas Kelas Menengah
Ilustrasi ekonomi Ramadan (sumber KOMPAS/PRIYOMBODO) 

Padahal modus kreativitas bisa lahir dari berbagai disiplin ilmu lalu bersenyawa menjadi produk yang bermutu. Itulah sebabnya lembaga desain terkemuka yakni IDEO semakin giat mencari momentum untuk bisa berkreasi secara unggul dan mengglobal dengan cara mensinergikan pegawainya yang memiliki latar belakang berbeda. Lalu semuanya melakukan proses kreatif untuk memberikan nilai tambah. Perlu disadari bahwa kekuatan ekonomi dunia di masa yang akan datang sangat ditentukan oleh faktor atau value manusia, yakni talenta, imajinasi, dan kreativitas.

Dengan demikian Bulan Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk memperbaiki proses kreatif bagi individu dan lembaga. Proses kreatif itu akan ditunjang oleh transformasi digital yang saat ini sedang berlangsung. Dengan adanya bermacam aplikasi dan platform digital membuat orang semakin gampang melakukan kreativitas kolaboratif dengan pihak lain. Keleluasaan orang untuk melakukan kolaborasi telah melahirkan bermacam kreativitas dan inovasi baru. Tak pelak lagi, sekarang ini jutaan orang bisa tergabung dalam kreativitas kolaboratif yang melahirkan proses bisnis dan pranata ekonomi baru.

Pekerja tambang sedang berbuka puasa (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)
Pekerja tambang sedang berbuka puasa (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

Masalah Produktivitas Kelas Menengah

Bulan Ramadan yang penuh berkah mestinya juga dimanfaatkan untuk memperbaiki produktivitas masyarakat. Bukan saatnya lagi bulan Ramadan menjadi kesempatan untuk bermalas-malas diri dan membuang-buang waktu. Boleh dikata bahwa bulan Ramadan selama ini identik dengan hari "setengah" liburan bagi kaum pekerja. Mereka kurang sungguh-sungguh dalam bekerja dan menjadikan puasa sebagai faktor yang membolehkan mereka bekerja santai dan seenaknya. Padahal hakekat puasa tidak seperti itu.

Bulan Ramadan sebaiknya justru digunakan untuk menggenjot produktivitas kerja. Bukan malah mengurangi waktu kerja. Apalagi pegawai di negeri ini sudah diberi sederet hari libur nasional. Banyaknya jumlah libur nasional bagi pegawai pernah digugat oleh pelaku ekonomi dan industri karena berpengaruh negatif terhadap produktivitas. Sudah sering ada keberatan dari pelaku usaha yang diwakili oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) terkait dengan keputusan pemerintah yang sering menambah cuti bersama.

Bulan Ramadan dan libur panjang juga berimplikasi kepada membengkaknya anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah, khususnya subsidi energi, terutama BBM kepada kendaraan pribadi. Dari sudut etos kerja dan situasi bangsa yang sulit sekarang ini mestinya pegawai lebih bekerja keras dengan waktu kerja yang ketat. Tanpa diberikan tambahan hari libur pun sebetulnya pegawai di Indonesia khususnya ASN kerjanya bisa dibilang masih santai dan kurang produktif jika dibandingkan dengan negara maju. [SRIM]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun