Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com
Ujian di Bulan Ramadan, Melawan Hawa Nafsu
Hubungan yang harmonis (saling menghormati, memahami, merasakan) antara penjual warung makan dan orang yang sedang berpuasa, dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman, tenang, dan kondusif. Tidak ada saling syah wasangka, arogansi karena kuasa dengan payung "toleransi" dan menegakkan aturan.
Semuanya berjalan serasi, indah, dan menyenangkan sehingga menyambut hari Raya Idul Fitri semua senang, bagi warung penjual makanan mendapatkan untung sehingga dapat membeli baju baru untuk anak istri, yang puasa pun dapat meningkat iman dan takwanya. Nikmat mana lagi yang di dustakan?
Bagaikan ulat, yang sudah menjadi kupu-kupu yang indah menawan bagi semua orang. Setelah menjalani puasa dapat lulus ujian dan berubah sikap, sifat, tingkah laku, dan kata-katanya selalu menyejukkan, lembut bagi yang mendengarkan, tidak lagi meledak-ledak, yang kasar dan tidak sopan. Inilah nikmatnya puasa dapat menahan hawa nafsu lahiriah dan batiniah, jiwanya tenang, pasrah, ikhlas, dan tetap semangat dan berenergi menyebarkan "virus" kebaikan.
Yogyakarta, 25 Mei 2018 pukul 13.06