Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Penulis

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan diantara Takdir atau Kehendak Bebas

15 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 31 Maret 2024   13:57 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika teman-teman pernah mendengar bahwa doa dapat merubah takdir maka itu benar adanya. Karena boleh jadi sesuatu yang seharusnya terjadi menjadi tidak terjadi atau sebaliknya itu dikarenakan kekuatan doa kita yang dalam hal ini semuanya masih dalam kekuasaan Tuhan.

Sedangkan ketetapan berhubungan dengan sifat 'ilm-Nya yaitu sifat dimana Tuhan mengetahui segala hal. Seperti halnya dalam perjalanan hidup kita sebagai manusia pasti akan mencintai seseorang dan disuatu saat nanti mungkin boleh jadi tidak lagi mencintainya. Itu adalah ketetapan yang Tuhan sudah tahu akan segalanya hingga akhir perjalanan cinta kita kepada seseorang akan berlabuh kepada siapa.

Pada akhirnya kita sebagai seorang hamba sebenarnya mempunyai kehendak bebas untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, tetapi dalam kehendak bebas kita tersebut sejatinya berada dalam kekuasaan Tuhan yang sudah Tuhan takdirkan untuk dapat terjadi atau tidak, dan jika kehendak tersebut terjadi atau tidak semua itu atas dasar pengetahuan Tuhan yang sudah ditetapkan-Nya.

Jadi bagaimana, apakah ketika kita mencintai seseorang yang dia sudah mencintai orang lain adalah tindakan yang melawan takdir?

Setidaknya, setelah membaca ulasan ini tentu saja jawabannya adalah tidak. Karena ketika orang yang kita cintai itu mencintai orang lain belum tentu itu akan terjadi selamanya. Boleh jadi dengan kekuatan doa orang tersebut suatu saat akan berbalik mencintai kita.

Tetapi lagi-lagi sebuah pertanyaan kembali hadir, bagaimana jika orang tersebut tidak kunjung berbalik mencintai kita walaupun keinginan kita sudah kuat bahkan dibarengi dengan doa? Pertanyaan ini yang ingin dijawab oleh Ibnu Athaillah!

Mengenai keberhasilan atau kegagalan kita dalam menggapai sesuatu, terdapat golongan manusia yang Tuhan berikan nikmat spesial yang tidak dapat dirasakan oleh manusia-manusia lain sebab ketakwaannya. Jika meminjam istilah Ibnu Ajibah mereka ini adalah

قَومٌ لاَ يَشقَى بِهِم جَلِيسَهُم

yaitu mereka yang apabila berkehandak maka kehendak tersebut akan melebur menjadi satu kesatuan dengan kehendak Tuhan. Jika mereka menginginkan sesuatu maka pasti akan sejalan dengan keinginan-Nya. Dengan kata lain setiap perkataannya dan keinginannya akan dikabulkan langsung.

Kemudian disebutkan oleh Ibnu Ajibah sebuah perkataan yang dituturkan oleh gurunya "Jika kami berhasil dalam suatu usaha maka kami akan senang sebanyak satu kali saja, sedangkan jika kami gagal dalam suatu usaha maka kami akan senang 10 kali lipat." Ini adalah prinsip golongan mereka yang aku singgung sebelumnya.

Dengan keadaan mereka yang sudah sangat spesial seperti ini saja masih ada kemungkinan untuk tidak terwujud keinginannya, dan lebih menakjubkannya mereka menyikapi dengan kebahagiaan 10 kali lipat jika keinginannya tidak terwujud. Lantas bagaimana dengan kita sebagai manusia yang dari golongan jika patah hati saja galaunya sampe satu bulan, atau bahkan gagal move on nya sampe satu tahun!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun