Perwujudan Atau Manifestasi Tuhan Atas Penderitaanmu
Jika ibadah adalah persembahan yang kita lakukan sebagai seorang hamba kepada Tuhan agar dapat bisa mengenal lebih dekat dengan-Nya, maka anugerah adalah bentuk keinginan langsung Tuhan untuk mengenalkan diri-Nya. Dengan kata lain ibadah adalah sarana untuk kita berkenalan dengan Tuhan, tetapi anugerah adalah cara bagaimana Tuhan yang ingin memperkenalkan diri-Nya kepada kita secara langsung.
Selayaknya diri kita saat sedang ingin mendekati atau naksir seseorang pasti dengan segala cara akan kita lakukan untuk meraih perhatiannya atau lebih familiar dengan sebutan caper. Kategori ini bisa kita artikan sebagai persembahan untuk seseorang tersebut agar dia merespon atas keinginan kita yang sedang mendekatinya.
Bagaikan tertimpa rezeki yang tidak disangka-sangka ternyata seseorang yang sedang kita dekati itu tiba-tiba memperkenalkan dirinya secara langsung kepada kita. Inilah yang disebut anugerah! Bayangkan betapa bahagianya kita!
Ibnu Athaillah kembali melanjutkan nasihatnya "lantas, apakah pantas kita membandingkan persembahan dengan anugerah-Nya?" Maka justru seharusnya kita lebih senang ketika mendapatkan anugerah tersebut yang datang melalui penderitaan yang kita alami.
Kegagalanmu adalah cara terbaik Tuhan dalam menunjukan diri-Nya. Kegagalanmu adalah manifestasi Tuhan itu sendiri. Dan dengan kegagalan serta penderitaanmu maka kamu akan lebih mengenali dirimu dalam memaknai hidup.
Seperti perkataan terkenal yang mengatakan
"من عَرَفَ نَفسَهُ فَقَد عَرَفَ رَبَّه"
"Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia telah mengenal Tuhan-Nya"
Maka kenalilah dirimu melalui pendalam makna akan hidup, hidup akan lebih indah jika kita mendapatkan sebuah penderitaan. Karena darinya kita jatuh, kemudian mencari jalan keluar dan akhirnya bisa merasakan betapa indahnya makna hidup ini setelah usai melalui fase tersebut.
Semua proses tersebut adalah wujud dari keperkasaan Tuhan itu sendiri secara dzahir, tetapi secara batin justru itu adalah suatu keindahan. Keindahan hidup yang mewarnai perjalanan kita. Layaknya berjalan, alih-alih bersikap pragmatis dalam melakukan perjalanan justru jika kita menemukan batu yang menyebabkan kita terjatuh maka kita akan mengetahui bagaimana caranya untuk bangkit dan berjalan kembali.
Maka teranglah sudah dan jelaslah sudah mengapa para praktisi tasawuf ini (sebagaimana sudah disinggung di hikam sebelumnya) bahwa jika mereka mendapatkan suatu penderitaan atas kegagalan mereka terhadap suatu usaha maka mereka akan lebih senang 10 kali lipat dibandingkan jika berhasil.