Suciati Lia
Suciati Lia Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tradisi Ruwahan (Ngluru Arwah) Menjelang Ramadan

11 Maret 2024   09:31 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:48 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Ruwahan (Ngluru Arwah) Menjelang Ramadan
 Sumber Photo: Facebumen.com 

Tradisi Ruwahan (Ngluru Arwah) Menjelang Ramadan

Sebelum Ramadan tiba, saya masih ingat saat nenek masak untuk ruwahan. Ditambah dengan kue apem menjadi khasnya. Saat itu saya tanya untuk apa? Di pikiran anak yang masih belum bisa mencernak apa itu makna ruwahan hanya bisa mendengar dan menyaksikan apa yang dibuat. Lalu, mengantar ke mushola untuk dibacakan doa dan makan bersama.

Kata ruwahan berasal dari Bahasa Jawa yang merupakan warisan atau tradisi dari leluhur masyarakat jawa yang sampai saat ini tetap dijaga dan dilestarikan. Ruwahan di kampung saya dilaksanakan sebelum Ramadan tiba. 

Konon, menurut kepercayaan nenek saya, ruwahan dapat disebut sebagai ngluruh arwah. Yang secara sederhana dapat dimaknai sebuah momen kita mengenang para leluhur  yang telah lebih dahulu meninggal dunia untuk selamanya baik orang tua, nenek, saudara, atau kerabat lain guna mengirimkan doa agar tenang di sisi-Nya.

Sebelum melaksanakan ruwahan, biasanya orang tua mengajak untuk nyekar guna membersihkan makam dan mengirimkan doa agar para arwah dari keluarga kita mendapatkan pengampunan dari Allah SWT selama dia masih hidup. Dengan doa tersebut setidaknya leluhur dapat istirahat dengan tenang dan semoga segala amal selama di dunia dapat diterima oleh Allah SWT.

Di desa Sebakung Jaya, tradisi ruwahan masih terjaga dari nenek saya masih hidup sampai sekarang. Tradisi ini juga tak hanya mengirimkan doa tapi merekatkan hubungan sosial antarwarga. 

Semua warga masih meneruskan apa yang telah diwariskan oleh leluhur terdahulu. Melalui ruwahan, para warga melakukannya dengan cara kenduri (baca doa bersama lalu makan bersama). 

Kegiatan tersebut dipimpin kyai dan para warga mengikuti segala doa yang dibacakan hingga ada ceramah sebagai bentuk mengingatkan kepada kita yang hidup untuk selalu mengingat kematian. Kematian tidak pernah diundang dan datang tanpa diduga. Semua orang ingin meninggal dalam keadaan mulia sehingga memerlukan persiapan agar hidup lebih bermanfaat.

Kenduri memiliki tujuan permohonan doa kepada Allah agar para para lehurur diberi pengampunan, segala amal dan kebaikan selama hidup di dunia dapat diterima yang Maha Kuasa serta diberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Jika orang tua tidak melakukan kenduri, biasanya membagikan nasi berkat ke tetangga yang memiliki tujuan yang sama untuk mencari keberkahan dan doa bagi leluhur yang meninggal dunia.

Itulah sebabnya mengapa ruwahan itu dilaksanakan sebelum Ramadan sebagai intropeksi diri. Hal ini mengingatkan selama 11 bulan kita disibukan dengan urusan duniawi, tibalah saatnya waktu sebulan yang ada dimanfaatkan dengan hal-hal kebaikan. Kita juga tidak tahu amalan mana yang bisa kita jadikan bekal di alam akhirat kelak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun