Suciati Lia
Suciati Lia Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menanggapi Pertanyaan Unik Saat Lebaran, Siapa Takut?

5 April 2024   10:29 Diperbarui: 5 April 2024   10:38 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanggapi Pertanyaan Unik Saat Lebaran, Siapa Takut?
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Menanggapi Pertanyaan Unik Saat Lebaran, Siapa Takut?

          Berkumpul dengan keluarga dan teman lama saat lebaran adalah momen penuh bahagia. Obrolan pun menjadi gado-gado membuat penghangat suasana. Namun, tak bisa dipungkiri pertanyaan unik itu kerap hadir sebagai bumbu suasana agar lebih bersahabat. Namun, terkadang membuat risih dan seolah membuat hati teriris apalagi kita orangnya bukan tipe humor. Nah, persiapan mental dan juga tanggapan mesti beragam. Kita mesti siap dalam segala keadaan. Anggap saja kita seperti melakukan wawancara kerja. Serumit apa pun pertanyaan mesti kita atasi dengan senyuman tanpa harus mengucapkan jawaban yang membuat suasana tegang.

          Untuk itu, kita tak perlu menghindar tapi menikmati pertanyaan dengan sajian humor. Jangan sampai pertanyaan itu menjadi beban tapi jadikan pertanyaan tidak terduga sebuah teka-teki yang mampu kita selesaikan sehingga suasana semakin meriah. Kita juga tak perlu membalas pertanyaan unik serupa tapi berilah jawaban dengan penuh semangat, santai, lucu, dan cukup mengena.

"Kapan punya anak?"

Pertanyaan itu terkadang disampaikan kepada kita yang sudah berkeluarga tapi tak kunjung memiliki momongan. Pertanyaan itu memang sensitif tapi juga sedikit membuat bingung. Tapi kita bisa memberikan jawaban kocak yang bisa menghibur, di antaranya

  • "Ah, masih menikmati bulan madu tanpa beban, belum siap punya anak ni!"
  • "Belum dipercaya oleh Tuhan untuk mengurus baby".

"Kok tambah gendut ya/tambah kurus ya?"

Pertanyaan ini sebenarnya merupakan refleks saja untuk mengamati keadaan diri. Wajar jika tak pernah ketemu dan memperhatikan penampilan kita dari atas sampai bawah. Kita bisa tanggapi pertanyaan itu dengan santai pula dan tak perlu diseriusin justru membuat suasana tak lagi hangat

  • Alhamdulillah, itu pertanda hidup saya bahagia penuh syukur apalagi makanan lezat ini memanggil saya untui menikmatinya"
  • "Biar cuaca dingin  nanti tetap menghangatkan"
  • "Ini karena lebaran banyak menawarkan makanan lezat yang sayang dilewatkan"
  • "Tidak kurus tapi langsing biar mudah bergerak untuk silaturahmi"
  • "Coba sedekahkan lemakmu supaya saya lebih berisi"

"Sekarang sibuk/kerja apa?"

  • "Kalau sekarang saya menguatkan potensi menjadi Chef andal dulu di dapur untuk menyiapkan hidangan lebaran."
  • "Sekarang, saya menjadi ahli silturahmi dan berpetualang menikmati ketupat lebaran, sayang kalau dilewatkan".
  • "Masih kayak gini-gina aja. Apa mau menawarkan jasa saya dengan proyek yang baru?"
  • "Sekarang lagi merintis bisnis kecil-kecilan, kalau berkenan bisa disuntik dana biar cepat berkembang?"

"Belum punya pacar/gandengan"

Menjadi jomblo memang bahagia. Kita lebih fokus memikirkan masa depan tanpa memikirkan suatu pasangan. Tapi saat disudutkan dengan pertanyaan ringan kadang juga membuat sesuatu yang lain. Pertanyaan itu tak perlu disikapi dengan emosi, santai tapi tak merusak momen lebaran

  • "Masih asyik mengikuti jejak petualangan, barangkali nanti pas lewat ada yang melirik."
  • "Punya pacar? Itu kayak makan indomie harus dirasakan biar sesuai selera"
  • "Gandengannya lagi sibuk mudik, jadi sekarang jadi manusia bebas."
  • "Kalau sekarang belum ada pacar, tapi makanan lebaran menjadi teman pengganti pacar"
  • "Pacar lagi semedi dulu barangkali nanti datang saat purnama."
  • "Pacar saya lagi sibuk mengurus halal bi halal keluarga"
  • "Pacar? Kita tunggu waktu yang pas seperti menikmati kue lebaran."

 Jawaban kita menuntut kreativitas agar candaan unik dan khas sehingga suasana menjadi lebih ceria dan menyenangkan saat berkumpul di hari lebaran. Ingatlah, jangan ciptakan suasana menjadi kaku tapi berusahalah menikmati kebersamaan dengan penuh senyum meskipun hati teriris. 

Semoga puasa yang kita jalankan mendapatkan berkah dan menjadi pribadi lebih bijak lagi dalam menanggapi sesuatu.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun