Suciati Lia
Suciati Lia Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggapai Damai di Hati: Memaafkan di Hari Lebaran Idul Fitri Meskipun Kenangan Luka Sulit Dikubur

11 April 2024   07:00 Diperbarui: 11 April 2024   14:11 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Damai di Hati: Memaafkan di Hari Lebaran Idul Fitri Meskipun Kenangan Luka Sulit Dikubur
Gambar Silaturahmi ke Kerabat, (Dokumentasi Pribadi)

Dari luka itu kita belajar menjadi kuat dan tidak lemah. Dari luka itu kita telah membuktikan pada dunia bahwa kita bisa bangkit dari keterpurukan dan berusaha menyembuhkan luka itu secara perlahan-lahan hingga hilang tak membekas. 

Dari luka itu, kita tahu rasanya sakit hati. Dari luka itu, menjadikan diri untuk selalu belajar mengoreksi diri untuk mengotrol setiap tutur kata dan juga perbuatan agar tidak menimbulkan luka bagi orang lain.

Apa yang harus kita lakukan agar kenangan itu setidaknya tidak menghantui pikiran kita? Langkah pertama untuk mendamaikan hati dalam memaafkan dengan menerima proses tersebut membutuhkan waktu dan kesabaran. Janganlah kita memaksakan untuk memaafkan secara langsung apalagi luka itu begitu dalam. Namun, perlu kita tanamkan tekad kuat dalam benak disertai niat yang ikhlas agar upaya tersebut terwujud.

Tak hanya itu, kita perlu memahami bahwa memaafkan bukan berarti kita melepaskan tanggung jawab atas sikap dan perbuatannya. Memaafkan adalah mengenai melepaskan beban psikis emosional yang dirasakan dan mengizinkan hati dan pikiran melanjutkan hidup tanpa dihantui bayang-bayang kemarahan dan kesedihan tanpa ada ujungnya.

Yang terakhir penting untuk kita ingat bahwa memaafkan merupakan perilaku yang penuh keberanian dalam mengerahkan kekuatan diri. Saat kita memilih memaafkan orang lain kita berarti memberikan kesembuhan hati tapi juga memberikan  kesempatan bagi orang lain untuk refleksi diri untuk sama-sama belajat atas kesalahan yang diperbuatnya.

Melalui lebaran ini kita jadikan momentum yang tepat untuk saling memaafkan. Buatlah suasana keramahtamahan dan kedekatan dengan keluarga, teman, dan tetangga agar dapat memberikan dukungan yang kita perlukan untuk melepaskan kenangan masa lalu agar kita dapat meraih damai di hati. Dengan begitu, kita merasakan kelegaan yang mendalam dan juga membuka pintu baru menuju hidup lebih bahagia penuh makna.

Di momen bahagia ini, saya pribadi mengucapkan mohon maaf kepada sahabat kompasiana dan kepada semuanya. Semoga kedamaian yang membuat kita semangat melangkah ke depan dengan selalu berpikiran positif. Sebab, dari pikiran kitalah yang membuat bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun