Ramadan, Al Quran, dan Literasi Kita
Membaca al Quran dengan suara yang merdu ternyata bisa berdampak pada rasa suka kita untuk melantunkannya. Saya sering mengalami kejadian seperti ini, karena terlalu enaknya mendengar suara sendiri, semangat membaca Quran tidak pernah surut.
Ramadan Bulan Quran
Ramadan adalah bulan di mana Allah turunkan al Quran kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Ayat-ayat al Quran yang diturunkan secara bertahap melalui wahyu yang disampaikan langsung kepada Nabi kemudian dicatat di atas media apa saja oleh para sahabat. Belakangan semua media seperti tulang unta, kulit binatang ternak, kulit kayu, dan batu dikumpulkan lalu dikompilasi menjadi satu kitab yang utuh.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 menerangkan para ulama sepakat bahwa wahyu pertama yang turun kepada Rasul SAW adalah lima ayat pertama Surat al-'Alaq. Menurut pendapat jumhur ulama, kelima ayat ini tepatnya turun pada 17 Ramadhan.
Iqra' atau bacalah adalah kata pertama yang Nabi dengar sebagai wahyu paling awal dari Jibril terhadap dirinya. Nabi sendiri karena tidak tahu membaca, menjawab dengan jujur bahwa beliau tidak bisa membaca. Sehingga oleh Jibril disampaikan beberapa kali untuk membaca.
Dialog antara Jibril dengan Nabi Muhammad ini merupakan pelajaran tentang pentingnya membaca bagi kehidupan manusia. Membaca bukan sekadar melisankan apa yang tertulis, tetapi mentransfer informasi atau pengetahuan dari sumber bacaan ke dalam otak kita untuk menjadi pengetahuan bagi diri kita.
Membaca adalah cara kita untuk mengenal Tuhan melalui ilmu pengetahuan yang tertulis tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu pengetahuan menuntun kita untuk menyingkap rahasia alam semesta yang sering disebut Allah dalam al Quran. Untuk menguasai ilmu pengetahuan kunci dasarnya adalah iqra' atau bacalah.
Quran dan Literasi Kita
Untuk menjadi bangsa yang cerdas al Quran sudah mengisyaratkan, membaca adalah kuncinya. Al Quran yang diturunkan pada bulan Ramadan 14 abad silam sudah meletakkan pedoman dasar untuk menjadi cerdas, yaitu iqra'. Barangsiapa yang rajin membaca maka dia akan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Hanya dengan membaca kita bisa menyerap pengetahuan, mengolah dan mentransfer ilmu pengetahuan.
Bangsa yang gemar membaca terkait erat dengan kemampuan literasi sebuah bangsa. Jepang misalnya. Negara ini sejak dulu sudah dikenal sebagai bangsa yang memiliki budaya baca yang tinggi. Membaca sudah dilembagakan bagian dari kehidupan harian masyarakat Jepang. Sehingga orang Jepang merasa hidupnya belum sempurna jika belum membaca.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY CHALLENGE
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!