Ramadan, Al Quran, dan Literasi Kita
Ramadan, al Quran, dan Literasi Kita
Oleh: Sultani
Apa bacaan saya selama Ramadan? Selama ini bacaan yang paling konsisten saya tekuni adalah al Quran. Setiap Ramadan selalu saya isi dengan tadarus, setiap selesai shalat 5 waktu. Sekali baca kira-kira 3 sampai 4 halaman. Artinya, dalam sehari saya menyelesaikan 15 lembar atau satu juz lebih.
Saya pernah selama Ramadan bisa khatam 3 kali, dengan bacaan yang dikebut. Bukan bacaannya dipercepat, tetapi jumlah halamannya ditambah satu atau dua halaman sekali baca. Cara ngaji ngebut yang lain, waktunya ditambah, jadi sebelum shalat dan setelah shalat. Efek kecepatannya memang terasa sekali dalam jumlah khatamnya.
Ramadan tahun ini ngajinya agak santai. Targetnya minimal satu kali khatam sampai akhir Ramadan. Intensitas bacaan masih tetap, setiap habis shalat fardu. Sekali baca hanya 2 atau 3 halaman.
Apakah setiap kali membaca al Quran saya pahami semua isinya? Atau, selama ini setiap kali Ramadan, pelajaran apa yang diambil langsung dari al Quran yang sudah dibaca setiap hari selama sebulan penuh.
Jujur saja, saya ini termasuk manusia yang memiliki motivasi hanya untuk mendapat pahala dari al Quran yang dibaca. Pernah ingin mengkaji secara harfiah arti setiap ayat dengan membaca terjemahannya. Untuk tujuan ini saya sampai beli al Quran dan terjemahan warna-warni yang menarik mata.
Hasilnya? Ada beberapa ayat yang bisa dihafal artinya. Hanya menghafal, belum bisa menghayati dan mengamalkannya. Terkadang saya berpikir, usia semakin tua, tetapi pemahaman terhadap al Quran sebagai kitab petunjuk hidup seorang Muslim tidak pernah khatam. Meski demikian, keinginan untuk memahami ayat-ayat al Quran selalu muncul ketika sedang membacanya.
Pikiran saya selalu menerawang mencoba mengartikan kata demi kata yang dimengerti dan mengaitkannya dengan konteksnya. Misalnya menyebutkan cerita tentang Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf, yang mengisahkan dialog antara Yusuf dengan ayahnya Nabi Ya'kub tentang perlakuan saudaranya terhadap dirinya.
Saya coba memberi konteks dialog bapak dan anak ini tentang kekhawatiran Nabi Ya'kub kalau peristiwa tersebut diceritakan secara terbuka, karena pasti akan menimbulkan kesalahpahaman antara Yusuf dengan saudara-saudaranya. Dari ayat ini saya mengambil pelajaran untuk diri sendiri, bahwa dalam menyampaikan berita dan informasi kita harus jeli dan bijak agar tidak menjadi biang permasalahan dan fitnah.
Membaca al Quran dengan suara yang merdu ternyata bisa berdampak pada rasa suka kita untuk melantunkannya. Saya sering mengalami kejadian seperti ini, karena terlalu enaknya mendengar suara sendiri, semangat membaca Quran tidak pernah surut.
Ramadan Bulan Quran
Ramadan adalah bulan di mana Allah turunkan al Quran kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Ayat-ayat al Quran yang diturunkan secara bertahap melalui wahyu yang disampaikan langsung kepada Nabi kemudian dicatat di atas media apa saja oleh para sahabat. Belakangan semua media seperti tulang unta, kulit binatang ternak, kulit kayu, dan batu dikumpulkan lalu dikompilasi menjadi satu kitab yang utuh.
Kitab al Quran yang digunakan sekarang merupakan produk kompilasi yang dilakukan ketika Usman bi Affan menjadi khalifah Islam. Di bawah kepemimpinannya mushaf al Quran mulai "diekspor" ke luar Madinah dalam rangka menyeragamkan cara membaca dan hukum bacaannya di seluruh wilayah kekuasaan Islam.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 menerangkan para ulama sepakat bahwa wahyu pertama yang turun kepada Rasul SAW adalah lima ayat pertama Surat al-'Alaq. Menurut pendapat jumhur ulama, kelima ayat ini tepatnya turun pada 17 Ramadhan.
Iqra' atau bacalah adalah kata pertama yang Nabi dengar sebagai wahyu paling awal dari Jibril terhadap dirinya. Nabi sendiri karena tidak tahu membaca, menjawab dengan jujur bahwa beliau tidak bisa membaca. Sehingga oleh Jibril disampaikan beberapa kali untuk membaca.
Dialog antara Jibril dengan Nabi Muhammad ini merupakan pelajaran tentang pentingnya membaca bagi kehidupan manusia. Membaca bukan sekadar melisankan apa yang tertulis, tetapi mentransfer informasi atau pengetahuan dari sumber bacaan ke dalam otak kita untuk menjadi pengetahuan bagi diri kita.
Membaca adalah cara kita untuk mengenal Tuhan melalui ilmu pengetahuan yang tertulis tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu pengetahuan menuntun kita untuk menyingkap rahasia alam semesta yang sering disebut Allah dalam al Quran. Untuk menguasai ilmu pengetahuan kunci dasarnya adalah iqra' atau bacalah.
Quran dan Literasi Kita
Untuk menjadi bangsa yang cerdas al Quran sudah mengisyaratkan, membaca adalah kuncinya. Al Quran yang diturunkan pada bulan Ramadan 14 abad silam sudah meletakkan pedoman dasar untuk menjadi cerdas, yaitu iqra'. Barangsiapa yang rajin membaca maka dia akan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Hanya dengan membaca kita bisa menyerap pengetahuan, mengolah dan mentransfer ilmu pengetahuan.
Bangsa yang gemar membaca terkait erat dengan kemampuan literasi sebuah bangsa. Jepang misalnya. Negara ini sejak dulu sudah dikenal sebagai bangsa yang memiliki budaya baca yang tinggi. Membaca sudah dilembagakan bagian dari kehidupan harian masyarakat Jepang. Sehingga orang Jepang merasa hidupnya belum sempurna jika belum membaca.
Baca juga:
Jepang Lebih Baik Karena Budaya Bacanya
Budaya baca bangsa Indonesia terbilang masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan literasi yang dinyatakan dalam bentuk indeks literasi. Beberapa hasil kajian tentang kemampuan literasi masyarakat Indonesia menunjukkan, indeks literasi di negara kita terbilang yang paling rendah.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam sudah sepatutnya kita prihatin dengan kondisi literasi kita tersebut. Al Quran sudah mendedikasikan surat al "Alaq yang khusus mengajarkan tentang pentingnya membaca bagi kemajuan umat manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan yang telah menciptakannya.
Membaca adalah jalan untuk mengenal Tuhan melalui ilmu pengetahuan yang membahas tentang fenomena alam beserta seluruh isinya sebagai wujud dari ciptaan Allah SWT. Sebagai umat yang terbaik kita harus bisa menjadi pelopor gerakan literasi yang bertujuan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa ini. Sebagai generasi Qurani mari kita gerakkan kemampuan literasi bangsa ini agar bisa meningkat menyamai kemampuan literasi negara-negara maju saat ini.
Depok, 27 Maret 2024