Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Purna tugas

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sedekah adalah Berkah

18 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 18 Maret 2024   10:17 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedekah adalah Berkah
Ilustrasi (sumber gambar: pngtree.com)


Salah satu aktivitas yang harus dilakukan saat bulan Ramadan adalah bersedekah. Bersedekah harus dilakukan oleh setiap orang, bahkan dianjurkan setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadan saja.

Bersedekah tidak harus menunggu hingga kita kaya, baru kita berbagi. Bersedekah harus senantiasa kita lakukan dalam keadaan apapun. Memang kalau diukur dengan nilai, besarnya sedekah orang kaya berbeda dengan sedekah yang diberikan oleh orang miskin.

Allah menilai sedekah berdasar ieikhlasan saat memberinya. Mungkin uang recehan dari seorang nenek tua yang miskin, jauh lebih. Berharga daripada sedekah seratus ribu Rupiah yang disedekahkan oleh seorang kaya.

Karena nenek tua miskin ini memberi sedekah dari kemiskinannya. Dia rela menyedekahkan sedikit miliknya dengan tulus. Sementara si orang kaya memberi sedekah karena gengsi. Karena dia melihat rata-rata pemberi sedekah hanya memberikan lembaran biru alias Lima Puluh Ribu Rupiah, maka demi gengsi dia menyerahkan satu lembar uang kertas berwarna merah yang kita ketahui bernominal Seratus Ribu Rupiah.

Dia ingin tampak menonjol, sebagai pemberi sedekah yang terbesar. Sekaligus ingin menunjukkan kepada semua orang, bahwa dia adalah pemberi sedekah terbesar alias yang paling kaya.

Padahal Allah menilai dari ketulusannya, bahkan sedekah tidak selalu berupa uang. Orang miskin yang tidak memiliki cukup uang, bisa saja memberi sedekah berupa jasa. Dia dapat membersihkan masjid, dan pekerjaan lainnya.

Dalam proses pemberian sedekah terdapat dua aktivitas yang saling berkaitan. Yang memberi dan diberi. Tanpa ada yang mau menerima sedekah kita, artinya kita bellum bisa menyebut diri kita sebagai pemberi sedekah.

Maka keduanya, yang memberi dan diberi harus saling menghormati. Menyerahkan sedekah harus dengan sopan, agar penerimanya tidak merasa dipermalukan.  Karena keduanya saling membutuhkan, si pemberi sedekah harus ada yang mau menerima. Maka sedekah harus diserahkan dengan tulus dengan keinginan untuk memperoleh berkah.

Berkah jelas tidak akan kita terima dari orang yang kita beri sedekah. Bisa saja Allah menyalurkan berkah melalui cara lain, entah melalui jalur apa saja.

Jadi, bila kita sudah memberi sedekah kepada seseorang, yang mungkin 20 tahun kemudian berhasil berubah menjadi orang kaya, lalu kita menuntut balasan dari orang itu, agar orang itu memalas budi. Dalam hal sedekah tidak ada balas budi, sebab sedekah sebenarnya ditujukan pada diri kita sendiri. Tanpa ada yang mau menerima sedekah dari kita, kita bellum dapat disbut telah memberikan sedekah.

Va, aedekahlah dengan tulus setiap saat dalam kondisi apapun. Semoga sedekah kita menjadi berkah bagi kita.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun