Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.
Apakah Perlu Puasa Media Sosial?
Zaman now, semua orang, apalagi generasi Z harus senang her media sosial. Kalau tidak mau disebut manusia kuper (kurang perhgaulan).
Bahkan untuk menjadi Kompasianer pun diwajibkan mengisi akun media sosial yang dimiliki, misal akun You Tube, Facebook, Instagram dan X. Konon kabarnya, atas permintaan divisi pemasaran, karena mereka sering ditanya klien, Kompasianer itu pengikut (follower) nya berapa banyak. Mungkin sebentar lagi akan ditanya akun Tik Tok.
Meski kita bukan generasi Z, kita juga wajib memiliki akun media sosial. Bahkan harus sanggup menyisipkan video dalam format You Tube atau Instagram / Reel ke dalam konten tulisan.
Apakah pada saat bulan Ramadan kita perlu puasa media sosial?
Jawabnya, tentu tidak.
Meski kita tahu dampak media sosial tidak selalu positif, maka pada saat bulan Ramadan, kita harus pandai-pandai menyaring konten media sosial yang kita buka atau baca atau lihat. Misal, bila ada konten tentang makanan minuman pada waktu berpuasa, sebaiknya dilompati(skip) saja, dan baru dilihat saat sudah berbuka.
Bila ada konten tentang fitnah, dan aktivitas yang mengganggu keimanan juga harus dihapus.
Konten media sosial yang berkonotasi flexing, juga sebaiknya dihindari.
Hal ini tentunya supaya kekhusukkan kita saat berpuasa tidak terganggu.
Selama bulan Ramadan kita juga hendaknya lebih jeli dalam memilah konten yang perlu diteruskan. Pilahlah yang berguna dan meningkatkan spiritualitas, seperti kultum atau ceramah yang bermanfaat. Semua ujaran kebencian harus diredam. Kita jangan meneruskan (forward / share) konten tanpa berpikir positif negatifnya terlebih dulu.