Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Dosen

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Esensi Idulfitri dalam Meneguhkan Kembali Nilai Kejujuran

10 April 2024   00:52 Diperbarui: 10 April 2024   05:08 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Esensi Idulfitri dalam Meneguhkan Kembali Nilai Kejujuran
Ilustrasi salat idulfitri. (ANTARA FOTO/MOCH ASIM)

Relevansi Idulfitri dengan Kebangkitan Kejujuran

Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak stabil dan dampak yang masih terasa dari pandemi Covid-19, kejujuran menjadi nilai yang semakin langka. Perekonomian yang belum pulih sepenuhnya, persaingan bisnis yang memuncak akibat perkembangan teknologi informasi, serta transisi dari bisnis offline ke online, menciptakan lingkungan di mana kejujuran seringkali dianggap sebagai hambatan ketimbang aset. 

Momen Idulfitri, yang harfiahnya berarti "kembali fitri" atau kembali suci, menawarkan kesempatan untuk merefleksikan nilai-nilai ini dalam konteks kehidupan modern kita. Kebenaran dan kejujuran adalah prinsip inti dalam Islam, seperti tercermin dalam Alquran dan hadis.

Dalil dari Alquran yang mendukung pentingnya kejujuran dapat ditemukan dalam Surah Al-Ahzab ayat 70-71, yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar." Ayat ini menekankan betapa pentingnya berbicara dengan kejujuran dan bagaimana hal itu dapat memperbaiki amalan serta menghapus dosa.

Dari sisi hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kamu selalu jujur. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan. Dan kebajikan membawa ke surga. Tidak henti-hentinya seseorang yang jujur dan selalu memilih kejujuran sehingga dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Hati-hati lah terhadap dusta. Sesungguhnya dusat membawa kepada kejahatan. Dan kejahatan membawa kepada neraka. Tidak henti-hentinya seseorang berdusta sehingga dia tercatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan bagaimana kejujuran tidak hanya merupakan tindakan yang baik tetapi juga jalan menuju kesucian diri dan akhirnya, surga.

Dalam konteks krisis kejujuran yang kita hadapi saat ini, di mana kejujuran sering dilihat sebagai komoditas langka, Idulfitri mengajarkan kita untuk kembali ke fitrah, yaitu keadaan murni dan suci yang bebas dari kebohongan dan tipu daya. 

Ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai kita sebagai individu dan masyarakat dapat lebih selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran dan integritas yang diajarkan oleh Islam. 

Kita diajak untuk menilai ulang bagaimana teknologi dan persaingan bisnis harus dikelola dengan cara yang jujur dan etis, membangun fondasi yang kuat untuk ekonomi yang berkelanjutan dan masyarakat yang adil.

Dampak Kehilangan Kejujuran dalam Masyarakat dan Ekonomi

Kehilangan kejujuran dalam masyarakat dan ekonomi kita memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada yang mungkin kita sadari. Perilaku mengejar kekayaan dengan menghalalkan segala cara, seperti yang terjadi di banyak sektor saat ini, tidak hanya merusak integritas individu tetapi juga merongrong kepercayaan publik terhadap institusi dan sistem ekonomi. 

Di tengah persaingan yang meningkat dan kecenderungan untuk "flexing" atau pamer kekayaan, masyarakat kita sering terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya memperdalam ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial.

Dalil Alquran yang relevan dengan fenomena ini dapat ditemukan dalam Surah An-Nisa ayat 58, yang berbunyi, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Ayat ini menegaskan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam setiap tindakan, termasuk dalam bisnis dan pemerintahan, mengingatkan kita bahwa integritas dalam memegang amanat adalah prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun