Syahrial
Syahrial Guru

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Perbedaan Awal Puasa Ramadhan, tetapi Kesamaan Hari Raya Idul Fitri

9 Maret 2024   08:51 Diperbarui: 9 Maret 2024   08:53 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbedaan Awal Puasa Ramadhan, tetapi Kesamaan Hari Raya Idul Fitri
Sumber: Jawa Pos

Sementara itu, metode rukyat yang digunakan pemerintah dan NU memang lebih tradisional, namun masih relevan untuk digunakan. Metode ini mengacu pada perintah dalam Al-Quran untuk melihat hilal atau bulan sabit sebagai tanda awal bulan baru Hijriah. Meski demikian, metode rukyat juga memiliki kelemahan, seperti kemungkinan terhalang awan sehingga hilal tidak terlihat.

Perbedaan dalam menggunakan metode hisab dan rukyat ini sebenarnya sudah menjadi perdebatan yang berkepanjangan di kalangan umat Islam. Namun, yang terpenting adalah bagaimana umat Islam dapat saling menghargai perbedaan tersebut dan tetap menjaga persatuan dalam merayakan hari besar keagamaan.

Dalam konteks penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini, Muhammadiyah dan pemerintah berpeluang untuk memberikan contoh persatuan dan kesatuan umat Islam. Meski berbeda dalam menetapkan awal Ramadhan, keduanya kemungkinan besar akan sama dalam menetapkan Idul Fitri. Hal ini tentu menjadi momentum yang baik untuk menunjukkan bahwa perbedaan tidak harus menjadi penghalang dalam merayakan momen sakral keagamaan.

Umat Islam di Indonesia diharapkan dapat menyikapi perbedaan penetapan awal Ramadhan dengan bijaksana dan lapang dada. Yang terpenting adalah tetap menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk dan merayakan Idul Fitri dengan penuh kegembiraan dan kekeluargaan. Perbedaan penetapan tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan, melainkan justru menjadi pemersatu umat dalam keragaman.

Di sisi lain, pemerintah dan ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU juga diharapkan dapat terus menjalin dialog dan musyawarah untuk meminimalisir perbedaan penetapan di masa mendatang. Dengan adanya dialog yang intensif dan saling menghargai, diharapkan akan tercapai kesepakatan yang dapat mempersatukan umat Islam dalam merayakan hari-hari besar keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun