Syahrial
Syahrial Guru

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengapa Tradisi Unik Hanya Ada Sebelum dan Setelah Ramadan?

20 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 20 Maret 2024   00:07 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Tradisi Unik Hanya Ada Sebelum dan Setelah Ramadan?
Dokumen detik.com

"...dan janganlah kamu campuri isteri-isterimu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid..."

Puasa mengajarkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Selama bulan Ramadan, umat Islam diharapkan untuk fokus pada ibadah puasa dan ibadah sunnah lainnya seperti shalat tarawih, membaca Al-Quran, dan berzikir. Oleh karena itu, tradisi-tradisi yang mengerahkan banyak energi dan perhatian tidak dilakukan selama bulan Ramadan, agar umat Islam dapat khusyuk dalam menjalankan ibadah mereka.  

Namun, hal ini tidak berarti bahwa tradisi-tradisi tersebut tidak memiliki nilai atau makna yang penting. Justru sebaliknya, tradisi-tradisi ini menjadi sarana bagi umat Islam untuk menunjukkan rasa syukur dan kegembiraan mereka setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Tradisi-tradisi ini juga menjadi ajang untuk memperkuat tali silaturahmi dan persatuan di antara masyarakat Muslim sesuai dengan anjuran Rasulullah :

"Sambutlah bulan Ramadhan, karena di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad, An-Nasa'i)

Selain itu, tradisi-tradisi ini juga mencerminkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara-negara dengan penduduk Muslim mayoritas. Setiap daerah memiliki tradisi yang unik dan khas, yang merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Melalui tradisi-tradisi ini, nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, rasa syukur, dan toleransi dapat terus diajarkan kepada generasi muda.

Dalam konteks ini, tradisi-tradisi unik yang hanya muncul sebelum dan sesudah Ramadan bukan hanya sekedar ritual belaka, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Sebelum Ramadan, tradisi-tradisi tersebut menjadi sarana untuk mempersiapkan diri secara spiritual dalam menyambut bulan suci. Sedangkan setelah Ramadan, tradisi-tradisi ini menjadi ekspresi kegembiraan dan rasa syukur atas kemenangan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa.  

Meskipun tradisi-tradisi ini tidak dilakukan selama bulan Ramadan, namun esensi dari tradisi tersebut seharusnya tetap dipegang teguh oleh umat Islam. Nilai-nilai seperti kebersamaan, rasa syukur, dan toleransi harus terus dipupuk dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada saat hari-hari tertentu saja.

Dengan memahami makna di balik tradisi-tradisi unik ini, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur. Pada akhirnya, tradisi-tradisi ini bukan hanya sekedar ritual belaka, tetapi juga menjadi sarana untuk menguatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah sesuai dengan perintah-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:  

"...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun