Syahrial
Syahrial Guru

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggapai Ampunan Seluas Angkasa Raya

24 Maret 2024   09:01 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:50 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Ampunan Seluas Angkasa Raya
Dokumen Masagipedia

Tentu saja, taubat ini harus dibarengi dengan kesungguhan hati dan kemauan kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebab, meski Allah Maha Pengampun, tentu yang dimaksud adalah dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu. Adapun dosa-dosa baru yang disengaja, tentulah kita tidak bisa berharap mendapat ampunan jika niat mengulanginya masih ada. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam:

"Orang yang selalu istighfar dari dosanya bukanlah orang yang melakukan dosa kemudian berkata 'Aku beristighfar kepada Allah,' lalu dia mengulanginya lagi." (HR. Ibnu Majah)  

Dengan demikian, hadis qudsi di atas bukan sekedar kabar gembira bagi mereka yang tengah tenggelam dalam lautan dosa. Tetapi sekaligus adalah motivasi untuk bertaubat dan meninggalkan segala perbuatan tercela. Sebab, pada hakikatnya taubat adalah nikmat itu sendiri bagi seorang hamba untuk bisa melepaskan beban dosa dan kembali ke jalan yang diridhai Allah.    

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang lain, taubat adalah jalan satu-satunya bagi pelaku dosa untuk kembali dalam keadaan fitrah. Tanpa taubat, betapa sulitnya seorang hamba untuk mencapai ketenangan batin dalam hidupnya. Dosa-dosa yang dipertahankan akan senantiasa membebani jiwa sehingga seseorang tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan yang sesungguhnya. Nabi bersabda:

"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin (akan dikabulkan), dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan lupa." (HR. Tirmidzi)  

Oleh karena itu, bukankah ini kesempatan besar bagi kita semua yang senantiasa terjebak dalam lingkaran dosa? Bersegeralah bertaubat dengan sungguh-sungguh, sebelum terlambat dan nyawa dicabut. Saat ajal tiba, pintu taubat pun tertutup rapat. Allah akan memaafkan segala sesat dan khilaf kita selama kita masih hidup. Hanya saja, syaratnya jangan pernah putus asa dari rahmat-Nya dan tanamkan keyakinan untuk tidak mengulangi perbuatan buruk serupa.  

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memberi teladan indah dalam hal bertaubat. Meski beliau seorang nabi dan rasul yang terjaga dari dosa besar, namun setiap harinya beliau senantiasa memohon ampunan kepada Allah tidak kurang dari 70 kali, sebagaimana sabdanya:

"Sungguh aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari)    

Beliau mengajarkan bahwa taubat adalah amalan yang harus senantiasa dipraktikkan, bukan hanya ketika berbuat dosa besar. Dari sini, kita melihat betapa beliau sangat menghargai nikmat berupa ampunan Ilahi yang insya Allah selalu terbuka untuk kita semua.  

Dengan menyadari  keluasan rahmat Allah dan senantiasa memperbanyak taubat, inilah sesungguhnya yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan sejati. Bukan hanya kebahagiaan di dunia dengan hati yang tenteram, tetapi juga kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak di sisi Allah Yang Maha Pengampun. Semoga kita senantiasa dalam lindungan dan rahmat-Nya, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun