Syahrial
Syahrial Guru

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ketupat, Warisan Budaya yang Semakin Terlupakan

7 April 2024   11:45 Diperbarui: 7 April 2024   15:16 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketupat, Warisan Budaya yang Semakin Terlupakan
Menganyam ketupat lebaran. Dokumen islami.co

Saat Lebaran tiba, ketupat menjadi salah satu hidangan wajib untuk dinikmati. Namun, tradisi merajut dan menganyam ketupat ini kian tergerus zaman, terutama di kalangan generasi muda. Semakin sedikit anak-anak muda yang memiliki keterampilan dalam membuat ketupat. Fenomena ini patut disayangkan, mengingat ketupat merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan.

Generasi Muda dan Pergeseran Gaya Hidup

Faktor utama yang menyebabkan semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat adalah pergeseran gaya hidup. Bagi kebanyakan remaja dan anak muda saat ini, menghabiskan waktu untuk belajar merajut ketupat dianggap sebagai kegiatan yang kuno dan tidak menarik. Mereka lebih tertarik pada aktivitas modern seperti bermain gawai, bermain game online, atau menghabiskan waktu di media sosial.

Selain itu, proses pembuatan ketupat yang rumit dan membutuhkan kesabaran tinggi juga menjadi kendala tersendiri bagi generasi muda yang cenderung menginginkan segala sesuatu serba instan. Mereka enggan meluangkan waktu untuk mempelajari teknik merajut daun kelapa atau janur yang membutuhkan ketelatenan dan keterampilan khusus.

Kurangnya Regenerasi dan Pewarisan Budaya

Semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat juga disebabkan oleh kurangnya regenerasi dan pewarisan budaya dari generasi terdahulu. Dahulu, keterampilan merajut ketupat diturunkan secara turun-temurun dari ibu ke anak perempuan. Namun, saat ini, banyak ibu yang lebih memilih untuk membeli ketupat jadi daripada mengajarkan cara membuatnya kepada anak-anak mereka.

Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan budaya lokal juga turut berperan dalam menyebabkan semakin terpinggirkannya tradisi membuat ketupat. Masyarakat cenderung menganggap bahwa tradisi ini sudah ketinggalan zaman dan kurang relevan dengan kehidupan modern.

Dampak Terhadap Warisan Budaya

Semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat membawa dampak negatif terhadap kelestarian warisan budaya kita. Ketupat bukan hanya sekedar makanan tradisional, tetapi juga merupakan simbol persatuan, kebersamaan, dan kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.

Jika keterampilan membuat ketupat tidak dilestarikan, maka warisan budaya ini akan semakin terpinggirkan dan akhirnya punah. Hal ini tentunya akan mengikis kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan menjadi kerugian besar bagi generasi mendatang yang tidak dapat merasakan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi membuat ketupat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun