Syahrial
Syahrial Guru

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Fenomena Sisa Kue Lebaran, Cermin Pemborosan dan Menuruti Hawa Nafsu

19 April 2024   17:33 Diperbarui: 19 April 2024   17:34 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Sisa Kue Lebaran, Cermin Pemborosan dan Menuruti Hawa Nafsu
Dokumen soulofjakarta

Setiap menjelang hari raya Idul Fitri, tradisi menyediakan berbagai jenis kue lebaran telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan ini. Namun, sering kali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak kue lebaran tersisa dan tidak habis dimakan bahkan setelah 10 hari berlalu sejak hari raya. Fenomena ini menunjukkan adanya pemborosan dan tindakan menuruti hawa nafsu semata dalam menyediakan kue lebaran.

Salah satu dalil yang menguatkan argumentasi ini adalah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا غَيْرَ مُسْرِفٍ وَلَا مُخْتَالٍ"

"Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekah (nafkahkan hartamu) tanpa berlebih-lebihan dan tanpa bermegah-megahan." (HR. Muslim)

Hadits ini secara jelas menganjurkan kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi sesuatu, termasuk dalam menyediakan kue lebaran. Namun, realitanya kita seringkali terjebak dalam menuruti hawa nafsu dengan menyediakan kue lebaran dalam jumlah yang jauh melebihi kebutuhan.

Pemborosan dalam hal menyediakan kue lebaran ini tidak hanya berdampak pada aspek finansial semata, tetapi juga memiliki konsekuensi yang lebih luas. Pertama, adanya sisa kue yang terbuang sia-sia merupakan bentuk kekufuran terhadap nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita seharusnya mensyukuri nikmat rezeki yang diberikan dengan cara memanfaatkannya secara bijak dan tidak berlebih-lebihan.

Kedua, pemborosan ini turut berkontribusi pada permasalahan lingkungan hidup. Kue lebaran yang terbuang sia-sia pada akhirnya akan bermuara pada penumpukan sampah organik yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Ketiga, tindakan menuruti hawa nafsu dengan menyediakan kue lebaran secara berlebihan juga dapat menumbuhkan sifat konsumerisme yang tidak sehat. Kita seolah-olah terperangkap dalam persepsi bahwa semakin banyak kue yang disediakan, semakin meriah dan bermakna perayaan Idul Fitri tersebut.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menyadari bahwa pemborosan dalam menyediakan kue lebaran merupakan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kebijaksanaan. Kita harus kembali kepada prinsip kesederhanaan dan menyediakan kue lebaran sesuai dengan kebutuhan yang wajar.

Selain dalil dari hadits di atas, terdapat juga dalil lain yang mendukung argumen ini, yaitu firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Surah Al-A'raf ayat 31:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun