Syarif Yunus
Syarif Yunus Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jadilah Pemaaf, Kok Bisa Berpuasa Tapi Tidak Memaafkan?

10 April 2024   05:42 Diperbarui: 11 April 2024   07:15 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadilah Pemaaf, Kok Bisa Berpuasa Tapi Tidak Memaafkan?
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Hubungan antarmanusia itu, di mana pun memang rumit. Ada kalanya salah paham, ada kalanya berbaik hati bahkan benci. Akibat amarah dan sikap ego, sering kali hubungan kita dengan orang lain jadi renggang. Bermusuhan atau tidak lagi bertegur sapa. Memang tidak semuah membalik telapak tangan. Tapi meminta maaf atau memaafkan adalah solusinya. Terlepas dari siapa yang salah?

Sayangnya, acap kali banyak orang terselip rasa gengsi untuk meminta maaf atau memaafkan. Maaf menjadi sulit karena gengsi, karena sikap ego yang merasa tinggi. Apalagi mengingat perbuatan orang lain yang telah melukai hati, sungguh memaafkan pun semakin sulit. Tapi semua terpulang kepada diri sendiri. Apa sih gunanya menyimpan amarah, benci, dan dendam kepada orang lain? Bila akhirnya membuat kita menjadi lebih menderita. Maka suka tidak suka, memaafkan siapapun memang membutuhkan ketulusan dan keikhlasan. Allah ta'ala berfirman, "Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah" (QS. Asy-Syura: 40).

Hari ini, 10 April 2024, sudah hari Idul Fitri 1445 H. Inilah momen penting jadi pemaaf. Pilihannya hanya dua, meminta maaf atau memaafkan orang lain. Maaf lahir batin, atas segala khilaf dan salah yang pernah terjadi. Atas ucapan, sikap, dan perilaku yang kurang berkenan. Disengaja atau tidak disengaja, telah membuat tersinggung. Dan manusia memang tempatnya khilaf dan salah. Bahwa yang benar hanya dapat dari Allah SWT. Jadilah pemaaf!

Sebulan penuh kita telah berpuasa. Menanam kesucian hati dari subuh hingga maghrib. Melatih menahan diri dari perbuatan buruk dan sia-sia. Memperoleh mahmat-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berdoa dibebaskan dari siksa api neraka. Dan kini dianggap meraih kemenangan hakiki, kemenangan ruhaniah. Untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah dan memperbaiki diri. Sambil meminta maaf atau memaafkan orang lain. Lalu, untuk apa berpuasa bila tidak mau memaafkan?

Sungguh, tidak ada di dunia ini, manusia yang tidak berbuat salah. Tidak satupun manusia yang tidak punya masalah. Dan tidak ada pula manusia yang sempurna. Kini di momen idul fitri, kita hanya membutuhkan kelapangan hati. Untuk meminta maaf atau memaafkan. Untuk bersedia menjadi pemaaf.

Adalah anugerah-Nya, tiap orang pasti dikaruniai kelembutan hati. Kepekaan psikologis untuk saling memaafkan. Agar tidak ada lagi tersimpan rasa dendam, marah, benci, iri dan dengki, bahkan buruk sangka kepada sesama anak manusia. Yang sudah berlalu biarlah dan maafkanlah. Agar tidak ada lagi ganjalan dan beban yang bergelayut di hati dan pikiran. Karena benci dan marah yang tidak termaaafkan, menjadi sumber doa-doa yang terhalang. Menjadi "kerikil" yang menghalangi keluarnya keajaiban Allah SWT.  Puasa sudah, ibdaha terbaik pun sudah, amalan baik pun sudah. Berdia pun sampai menangis. Tapi apa geranagan "miracle" atau keajaiban-Nya belum datang juga?

Jawabnya, mungkin hati dan pikiran kita yang tidak bersih. Masih menyimpan segudang rasa dendam, marah, benci, iri dan dengki, bahkan buruk sangka kepada orang lain. Masih ada "ganjalan" yang belum dilepaskan. Maka hilangkan ganjalan dan beban itu, dengan cara jadilah pemaaf!

Yuk, jadilah pemaaf. Mari bersihkan "sampah-sampah" emosi dan nafsu yang tidak berujung. Buang jauh-jauh pikiran negatif dan cara berpikir yang menyalahkan orang lain. Bahwa apapun yang terjadi adalah sifat manusiawi semata dan atas kehendak Allah SWT. Kembalikan semuanya ke fitrah manusia. Untuk selalu memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Jadilah pemaaf. Agar kta tidak perlu bersusah payah untuk membalas dendam. Cukup maafkan setiap kesalahan orang lain karena memaafkan adalah pembalasan yang terbaik. Sungguh, emosi dan kemarahan hanya membuat kita lebih kecil. Sementara memaafkan menjadikan kita berkembang melampaui diri kita yang sebelumnya. Salam literasi #IdulFitri #HikmahLebaran #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun