Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Freelancer

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Glotak Mercon, Menu Berbuka Puasa ala Tegal yang Rasanya Laka-Laka

26 April 2021   23:55 Diperbarui: 27 April 2021   00:16 2586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Glotak Mercon, Menu Berbuka Puasa ala Tegal yang Rasanya Laka-Laka
Dok.pri memasak Glotak Mercon untuk berbuka

setelah bumbu harum masukan tulang ayam dan ceker. Aduk rata. Masukkan gembus yang sudah dihaluskan. Tambahkan air. Aduk-aduk dan biarkan mendidih. Angkat ketika tektuks gembus sudah menyerupai bubur.

Menikmati glotak sebagai menu berbuka puasa sungguh luar biasa sedapnya.Rasanya jelas laka-laka. Asin gurih pedas. Tidak ada sentuhan manisnya. 

Seperti namanya, ada bunyi khas saat memasak glotak. Tulang ayam yang diaduk cenderung mengeluarkan bunyi "glotak-glotak" manakala bersentuhan dengan dinding panci atau wajan. Meskipun suara itu lamat-lamat terdengar.

Kesan pertama melihat Glotak sungguh tidak mengundang selera. Tapi selanjutnya ulalaaa...pasti akan nagih untuk mengulang menikmatinya. Sayang, keberadaan glotak begitu sulit ditemukan. 

Tak jarang ada pedagang glotak yang menyajikan glotak bersama dengan bubur beras. Cita rasa bubut yang gurih diberi glotak diatasnya. Disantap selagi hangat.

 Selain bubur, ada pasangan nikmat lainnya yang menambah selera dalam menyantap glotak. Yakni kerupuk kuning atau kerupuk glopot, yang dalam bahasa Indonesia artinya Kotor.

Kerupuk glopot (kotor), sepintas tampak kotor. Ada campuran warna hitam seperti habis jatuh ketanah. Padahal itu merupakan bumbu yang menempel pada kerupuk. 

Tekstur glotak yang padat cenderung cair sangat enak ketika diambil dengan kerupuk glopot. Tambahan tekstur kriuk dari kerupuk berpadu seolah menjadi orkestrasi menu dalam mulut. Ah sungguh penuh sensasi.

Diantara banyaknya menu otentik khas Tegal,glotak merupakan salah satu menu yang harus dilestarikan keberadaanya. Kini, jarang orang menjual glotak. Hanya pada bukan Ramadan, dimana banyak warga bmmencari menu berbuka saja glotak menjadi mudah dijumpai.

Terlebih menyoal upaya menjadikan glotak agar lestari keberadaannya. Anak-anak zaman now kian jarang mengenal apalagi mencicipi glotak. Dilihat dari tampilannya saja, anak-anak pasti lebih kenal burger, hot dog, dan sebagainya yang kerap diiklankan dibanding glotak yang memang menjadi sebuah menu laka-laka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun