TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Guru

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI

Tidak Mudah Memaafkan Orang Lain, Tapi Berkacalah

29 April 2023   23:52 Diperbarui: 29 April 2023   23:56 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Mudah Memaafkan Orang Lain, Tapi Berkacalah
Ilustrasi memaafkan (Foto tribunnews.com) 

Suasana Lebaran yang kita rayakan melekat dengan tradisi bermaaf-maafan. Segala silaf baik sengaja ataupun tidak sengaja semestinya menjadi lebur dalam kemaafan itu sendiri. 

Minal Aidin Wal Faidzin merupakan kalimat selamat di hari yang fitri. Maknanya semoga kita termasuk orang yang kembali dan berhasil. 

Kembali apa? Berhasil yang bagaimana? Sahabat Kompasiana pasti maklum akan hal ini. Kita kembali fitrah alias suci. Banyak orang yang mengungkap kita suci seperti bayi yang baru dilahirkan.

Berhasil menjadi manusia baru yang lebih baik lagi. Manusia yang bersahabat dengan amalan dan kebaikan yang menenteramkan. Semoga keberhasilan itu terus berlanjut di hari-hari yang lain. 

Ucapan yang baik pula adalah Taqabbalallaahi minnaa wa minkum yang memiliki arti Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadan) kami dan kalian semua. 

Lantas bagaimana bila hati masih belum bisa memaafkan ketika Lebaran telah tiba? Ingatlah bahwa tidak ada gading yang tidak retak. Betapa kuat gading itu, namun tidak ada mulusnya juga. 

Jadilah manusia yang mudah memaafkan kesalahan orang lain walau itu tidak mudah. Berkacalah bisa orang yang berbuat salah itu adalah kita sendiri. Apa perasaan kita jika ada orang yang tidak mau memang kita. 

Suasana Lebaran sudah sepatutnya diisi dengan kegiatan saling memaafkan bukan saling nyinyir dan menimbulkan dosa-dosa baru. Orang yang meminta maaf dan orang yang memaafkan adalah pribadi yang mulia. 

Ilustrasi memaafkan di hari yang fitri (Foto tribunnews.com) 
Ilustrasi memaafkan di hari yang fitri (Foto tribunnews.com) 
Sifat mulia itu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang tidak pernah menaruh dendam pada orang lain. Jika Anda berbuat salah lekaslah minta maaf dan saling memaafkan sebelum tidak berguna lagi dinar dan dirham seperti termaktub dalam hadist-Nya. 

Dalil pentingnya meminta maaf dan jangan berbuat zalim (Bidik layar kesan.id) 
Dalil pentingnya meminta maaf dan jangan berbuat zalim (Bidik layar kesan.id) 
Dari banyaknya rujukan, meminta maaf dan memaafkan adalah hal yang baik. Ingatlah untuk tidak saling menyakiti sesama baik mental dan psikis. Ingatlah bahwa Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, cukuplah Allah sebagai saksi hidup kita. 

Salam Kompasiana! 

****

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun