Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com
Memahami 3 Dimensi dalam Memaafkan
Sejatinya maaf memaafkan adalah urusan salah dan khilaf, bukan urusan waktu dan bulan. Meskipun syawal identik dengan saling memaafkan, tapi yang namanya salah dan dosa bisa datang kapan saja. Itu artinya maaf memaafkan harusnya adalah kegiatan rutin harian yang dilakukan setiap manusia.
Jika maaf memaafkan adalah tentang salah dan khilaf, maka kesalahan yang terus akan tersangkut adalah kesalahan atau kekhilafan yang terjadi antar manusia, khususnya yang belum kelar bin selesai alias finish. Kalau urusan kita dengan sang Khalik, maka kita selalu menyadari kalau ampunan Allah jauh lebih luas di banding dosa seluruh umat manusia sekalipun. Tapi kalau urusan maaf memaafkan sesama manusia? Nah, ini memang sedikit lebih menantang. Kenapa? karena akan melibatkan unsur hati di sana. Bisa saja kecewa sudah terlanjur muncul, dendam sudah kadung timbul, kemarahan sudah terlanjur membuncah hingga urusan memaafkan tidak semudah yang dibayangkan, Fernando!
Tapi apapun itu, jika menyadari kembali bahwa manusia adalah tempatnya salah dan dosa, maka tentu sebagai produk langit yang bernama manusia, kita perlu membuka ruang-ruang kemaafan itu. Ya, paham. Meski terkadang berat, Ferguso! Lalu pertanyaannya, bagaimana cara atau dari mana kita mulai memaafkan? Minimal ada 3 dimensi dalam kemaafan yang harus coba kita praktikkan.
1. Dimensi Memaafkan Diri Sendiri
Seorang teman pernah bercerita kepada saya tentang betapa menyesalnya dia sudah melakukan suatu hal yang sangat buruk. Selama lebih kurang setengah jam ia terus mengumpat tentang keburukan dirinya, kesalahan keputusan yang diambilnya dan penyesalan yang dialaminya akibat tindakan itu.
Ferguso, kalau ada orang yang harus diberi maaf pertama sekali, itu sesungguhnya adalah dirimu sendiri. Bagaimana mungkin hatimu akan lapang kalau kau belum bisa lepas dari kungkungan penyesalan dalam hidup? Ingat, keputusan itu diambil bukan untuk disesali, tapi untuk dilakukan. Bisa jadi keputusan yang kita anggap keliru hari ini, akan menjadi benar beberapa tahun yang akan datang, we never know, Esmeralda!
Jadi, berilah kemaafan untuk dirimu sendiri. Apapun yang sudah Anda lakukan, baik atau buruk, maka maafkan diri Anda. Selagi matahari masih terbit besok, maka masih ada ruang untuk menjadikan dirimu lebih baik lagi. Ingat, orang yang terbaik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah. Tapi orang terbaik adalah mereka yang ketika membuat kesalahan, mereka meminta ampun, memaafkan diri mereka sendiri dan berjanji tidak melakukan kesalahan yang sama. Lapangkanlah hatimu sebelum memberi kelapangan maaf kepada orang lain. Trust me, it works!
2. Dimensi Memaafkan Orang Lain - Yang Meminta Maaf
Setelah hatimu lapang, maka ruangnya kosong. Setelah ruangnya kosong, maka Anda akan mudah memaafkan siapa saja yang mungkin pernah berbuat salah kepada Anda. Kalau Anda mudah memaafkan, maka Anda tidak menyimpan kotoran di hati Anda. Efeknya? jangan kaget kalau Anda menjadi orang yang lebih sehat dan produktif. Wajah Anda akan berseri dan hubungan Anda dengan orang lain meningkat dengan baik.
Orang yang memaafkan sesungguhnya adalah orang yang lebih baik daripada orang yang meminta maaf. Itulah kenapa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah gemar memberikan maaf kepada orang lain. Jadi, buka saja pintu Anda setiap hari. Biarkan orang bertamu dan bersilaturrahmi dengan Anda. Dan kalau ada yang meminta maaf, maafkanlah. Terkait ungkapan "Forgive but not Forget" atau "Forgive and Forget" itu adalah hak Anda sepenuhnya.
3. Dimensi Memaafkan Orang Lain - Yang Belum/Tidak Meminta Maaf
Ini adalah dimensi lain dari menjadi pribadi pemaaf. Alquran di Surah Al-Insan mencontohkan dengan redaksi yang lain, yaitu orang-orang yang bahkan jika memberi makan kepada orang lain, tidak pernah mengharapkan apapun sebagai balasan, bahkan meskipun hanya ucapan terima kasih. Ini adalah manusia level atas. Manusia yang bahkan jika ada orang lain berbuat salah padanya, takperlupun harus meminta maaf, ia sudah memaafkannya sebelum orang itu meminta maaf.
Orang yang ada di dimensi ini, coba perhatikan hidupnya, selalu senang apapun situasinya. Selalu bahagia meskipun seringkali kaya. Selalu ringan dalam menjalani hidup meskipun takselalu mudah dalam setiap langkah hidupnya. Ini persis seperti ilustrasi mengangkat air di dalam gelas kecil. Bukan air di dalam gelas itu yang akan membuat Anda kesulitan mengangkatnya, tapi berapa lama durasi Anda mengangkat gelas itu akan menentukan sakit tidaknya tangan Anda.