T.H. Salengke
T.H. Salengke Petani

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Refleksi Ramadan dalam Kehidupan Sosial

9 Mei 2019   16:17 Diperbarui: 9 Mei 2019   20:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi Ramadan dalam Kehidupan Sosial
(Dok. Haaretz)

RAMADAN merupakan bulan berkah yang padanya diturunkan al-Qur'an. Kini tamu agung itu telah hadir di tengah-tengah ummat Islam dengan seribu satu kelebihan bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain.

Ada perubahan drastis yang terjadi ketika memasuki bulan Ramadhan. Demikian juga saat Ramadan itu berlalu pergi. Perubahan pada tata perilaku masyarakat tampak dari interaksi baik antar sesama ummat Islam juga antar ummat agama lain sehingga kehidupan manusia saat itu terasa begitu indah dan damai.

Diakui bahwa bulan kemuliaan yang penuh ganjaran dan magfirah Allah tersebut telah memacu umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan karena Allah menjanjikan ganjaran berlipat ganda. 

Masyarakat non muslim juga ikut mensikapi Ramadan dengan tidak makan sembarangan di tempat terbuka. Beberapa penganut agama lain yang tinggal serumah atau bermain bersama dengan teman mereka yang beragama Islam kadang ikut berpuasa bersama.

Di bulan Ramadhan, siang dan malam masyarakat saling berbagi akan kebaikan. Coba amati sebelum fajar ada segerombolan anak-anak yang berkeliling kampung untuk membangunkan penduduk bersahur. Di sore hari jelang berbuka puasa, jiran tetangga dan sanak keluarga tampak sibuk saling berbagi takjil. Indah sekali dan menjadi ciri khas bulan Ramadan.

Secara sederhana, berpuasa itu menahan lapar dan dahaga selama sehari penuh dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Demikian juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Segalanya dilakukan secara ikhlas dan dengan penuh disiplin.

Konteks puasa yang sebenar merupakan pola pendidikan karakter untuk menumbuhkan empati yang tinggi dalam menghayati kesengsaraan sesama makhluk yang kurang bernasib baik.

Berpuasa sarat dengan nilai pendidikan jasmani dan rohani. Nabi Muhammad menganjurkan kita berpuasa kerena menyehatkan. Para pakar kesehatan dunia juga mengakui bahwa berpuasa itu menyehatkan badan manusia.

Yang paling spesial adalah malam lailatul qadar (malam kemuliaan). Disuratkan dalam al-Qur'an bahwa nilai malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Artinya melampaui umur normal manusia yang rata-rata hidup sekitar 60 tahun. Oleh karena itulah ummat Islam termotivasi untuk mengisi malam-malam sepanjang Ramadhan dengan ibadah dan kebaikan sosial.

Rangkaian ibadah Ramadhan ditutup dengan zakat fitrah dan zakat maal. Semua ummat Islam diharuskan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai bentuk penyucian jiwa (nafs). Adapun zakat harta (maal) hanya bagi mereka yang mampu dimana harta kekayaan yang mereka miliki sudah cukup haul (kadar waktu 1 tahun) dan nisab (kadar jumlah wajib zakat).

Kehidupan di bulan Ramadhan menjadi begitu indah karena ummat Islam berlomba-lomba melakukan kebaikan bagi sesama makhluk dan lingkungan sekitar serta memperbaiki hubungan vertikal dengan meningkatkan ibadah kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun