Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Guru

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kebahagiaan dalam Memberi

8 Mei 2020   23:05 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:56 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan dalam Memberi
Ilustrasi, ketika mengajarkan anak didik kami belajar memberikan bantuan ke sebuah sekolah dasar. (dokpri)

Dalam hidup ini, jika tidak mau membantu sesama kamu, maka kamu bukan benar-benar hidup, kamu hanya bernafas (Red Dexter)

Begitu kata bijak yang pernah saya temukan dalam sebuah tulisan orang. Sependapat dengan pendapat tersebut. Sebagai orang yang hidup hendaknya kita menghidupi kehidupan tersebut, salah satunya dengan menolong sesama.

Saya yakin bahwa setiap agama tentu mengajarkan hal itu. Bahwa hidup itu harus saling tolong menolong dan berbagi dengan sesama. Tentu tidak ada satu ajaran agama mana pun yang mengajarkan agar kita hidup itu egois dan mementingkan diri sendiri.

Sejatinya, dari setiap harta yang kita miliki, sesungguhnya ada hak orang lain di sana. Untuk itu, kita harus memberikan itu kepada orang lain yang membutuhkan. Ketika kita Tuhan ijinkan memiliki sesuatu, itu artinya Tuhan menginginkan kita sebagai perpanjangan tanganNya agar berguna bagi orang lain.

Dalam berbagai ilmu sosial pun demikian, sebagai mahluk sosial kita harus berinteraksi dan saling memperhatikan satu dengan yang lainnya. Jelas dikatakan, bahwa kita tidak mungkin hidup sendiri. Setiap kita, tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu kita harus saling melengkapi satu dengan yang lain.

Hidup di tengah-tengah masyarakat, haruslah memiliki kepedulian sosial. Bahkan nilai-nilai luhur nenek moyang kita pun, yang belum mengenal agama, tahu mengajarkan hidup tolong menolong. Apalagi kita yang menyatakan diri kita beragama.

Nah, berdasarkan faktanya, bahwa ada saatnya kita menolong orang lain, ada pula saatnya kita yang ditolong orang lain. Atas dasar itu pula kita tidak boleh egois dan harus tulus berbagi. Tentu suatu waktu kita pun akan membuuhkan pertolongan orang lain. Bukan berarti saya sedang menyatakan bahwa menolong itu pake pamrih. Tapi sebagai manusia kita bukan orang yang sempurna.

Bagi saya pribadi, menolong sesama itu sesungguhnya merupakan wujud syukur atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita pun tidak boleh egois, kita harus melihat orang-orang di sekitar kita.

Sebagai seorang yang memiliki pekerjaan, maka saya pun harus menyalurkan sebagian dari apa yang saya peroleh. Mengingat ini adalah bulan Ramadan, maka saya pun dengan tulus memberikan dukungan kepada para security dan office boy bersama-sama teman guru di sekolah tempat saya mengajar. Begitu pula di kompleks perumahan, kami warga turut mendukung THR untuk para petugas kebersihan dan security.

Kalau dilihat dari nominalnya mungkin tidak seberapa, tetapi saya yakin akan bermanfaat bagi rekan-rekan yang merayakan lebaran bersama keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun