Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Guru

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Meminta Maaf dan Memaafkan Butuh Kerendahan Hati dan Kedewasaan Diri

22 Mei 2020   22:26 Diperbarui: 22 Mei 2020   22:23 3212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meminta Maaf dan Memaafkan Butuh Kerendahan Hati dan Kedewasaan Diri
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Baru saja saya mengetik kata "kesalahan" di mesin pencari google, ternyata terdapat sekitar 87.400.000 hasil. Sementara kalau mencoba menuliskan kata "maaf" ada sebanyak 169.000.000 hasil. Ternyata kata maaf jauh mengungguli kata kesalahan.

Tapi perlu saya sampaikan terlebih dulu, bahwa saya sesungguhnya tidak sedang membahas pemakaian kedua kata tersebut pada konteks kalimat, paragraf atau sebuah tulisan. Hanya menyampaikan bahwa ternyata kata maaf itu sering digunakan orang ketika menulis.

Dari yang pernah saya dengar, maaf adalah salah satu kata ajaib untuk menjaga relasi dengan sesama, selain itu ada juga kata "tolong" dan "terima kasih". Tetapi dalam faktanya, ternyata tidak semua senang dan mudah menggunakan kata tersebut.

Misalnya kata maaf. Ternyata tidak sedikit pimpinan yang begitu sulit menyampaikan maafnya pada bawahan. Seorang majikan kepada pembantunya. Seorang ayah atau ibu kepada anaknya.

Sementara sebaliknya, maaf dari seorang bawahan kepada pemimpin, pembantu kepada majikan, anak kepada orang tua, itu lumrah dan biasa kita dengar.

Umumnya, hal apa yang membuat seseorang sulit menyatakan maaf? Apalagi kalau bukan karena gengsi dan merasa wibawa jatuh kalau menyatakan satu kata itu.

Selain mengucapkan kata maaf, ternyata ada juga satu lagi yang kadang-kadang sulit dilakukan orang, yaitu memaafkan. Terkadang orang lain sudah minta maaf, tetapi yang lainnya tidak sudi memaafkannya. Barangkali orang tersebut sulit melupakan kesalahahan orang lain karena mungkin merasa sudah keterlaluan. Atau ada alasan yang lainnya.

Apapun katanya, meminta maaf dan memaafkan ini butuh dua hal. Kerendahan hati dan kedewasaan diri. Hanya orang yang tinggi hatilah sesungguhnya yang tidak mau meminta maaf, dan orang yang tidak dewasalah yang sulit untuk memaafkan.

Meminta maaf dan memaafkan sesungguhnya harus dilatih dari sejak anak-anak (sejak dini). Sehingga lebih mudah dan terbiasa setelah beranjak remaja hingga dewasa.

Nah, saya sebagai manusia biasa, sesungguhnya tidak luput juga dari kedua hal tersebut. Saya belum tamat dan tentu harus perlu terus belajar untuk dapat meminta maaf dan memaafkan.

Tetapi berdasarkan pengalaman, ketika berhasil menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang saya perbuat pada orang lain atau memaafkan kesalahan orang lain yang mungkin sangat berat untuk dilupakan, setidaknya ada rasa bahagia dan sukacita dalam hati. Beban di pikiran dan hati pun akhirnya "plong". Selain itu, relasi dengan sesama dan Tuhan pun dapat diperbaiki kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun