Euforia Ramadan Tak Lekang oleh Waktu
Dalam rangka Nuzulul Quran, biasanya di masjid juga digelar aneka lomba Islami yang diikuti oleh beberapa tempat tarwih khusus anak-anak. Sebut saja Notsel putri, Notsel putra, Pagerpuas putri, pagerpuas putra, Langgar pusaka putri, Langgar pusaka putra, dan masih ada beberapa lagi tapi saya lupa namanya. Hehe...
Ada pengalaman lucu saat ikut lomba salat. Waktu itu aku ditunjuk jadi imam pas masih SD. Ada dua makmum di belakangku. Posisi kami di kelilingi juri karena memang penilaiannya kompleks meliputi bacaan surat dan gerakan salat.
Nah pas berdiri mulai membaca takbir, tiba-tiba kedua kakiku gemeteran tak tertahankan, alhamdulillah bacaan surat dan bacaan salat gak ada yang lupa. Cuma gak nyangka juga kaki bisa spontan gemetaran, untung gak sampai jatuh ya. Bisa diketawain banyak orang. Malunya itu lho. Bersyukurlah, akhirnya dapat juara 1 lagi.
Lomba bergengsi ini biasanya memperebutkan tropi bergilir. Keren kan kalau dapat tropi. Tempat tarawihku biasanya langganan juara. Yang dilombakan sebenarnya hampir sama dengan lomba intern, cuma kadang lebih banyak jenis lombanya. Puncaknya pas malam takbiran. Takbir keliling juga ikut dilombakan. Penilaiannya pada kostum, atribut lampion, dan kekompakan bertakbir.
Euforia Ramadan
Euforia Ramadan masa kecil memang indah. Dulu, setiap jelang lebaran, aku dan kakakku dapat jatah baju dan sepatu baru. Senang luar bisa, karena kami hanya punya baju baru kalau pas lebaran Idul Fitri. Mungkin karena kesempatannya cuma sekali dalam setahun aku tak mau menyia-nyiakannya.
Selalu ingat keluhan ibu saat ngantar aku beli baju. "Pasti kalau ngantar Titik beli baju, lama banget milihnya, sampai kesel," gumam ibuku. Hehe...kasihan ibu. Nah tentang ukuran baju, karena aku masih tahap pertumbuhan, mesti ibuku menyarankan beli baju yang ukuran besar supaya bisa dipakai lama. Jadilah, aku lebaran pakai baju kedodoran. Aduh, malangnya nasibku.
Belum lagi sepatu baru. Ingat betul waktu masih di bangku Sekolah Dasar sekitar kelas 5. Aku pingin banget punya sepatu berhak tinggi. Akhirnya kebeli juga sepatu warna merah terus dipakai pas lebaran.
Kami salat Ied di lapangan di Alun-alun utara jaraknya kalau pulang pergi sekitar 4 km. Waktu itu untuk sampai ke tanah lapang harus jalan kaki. Bisa dibayangkan pulang-pulang kaki lecet karena sepatu baru. Haha...untung bawa handsaplast tapi tetap saja sakit. Jadilah jalannya jinjit-jinjit gitu sambil nahan pedih. Hihi..
Masih ada lagi ceritaku, jelang lebaran selain baju dan sepatu baru aku juga dapat jatah beli makanan enak. Tahu gak apa yang aku beli. Biasanya snack astor, silverqueen, nastar, dan sprite. Itupun belinya cuma setahun sekali gaes. Mumpung lebaran minta yang enak-enak.
Begitulah nostalgiaku bersama Ramadan, unik kan? Artikel ini kupersembahkan dalam rangka Samber 2020 Hari 16 & Samber THR. Semoga menghibur ya..
Yogyakarta, 12 Mei 2020
Titik Nur Farikhah