Hidup Bertoleransi Menghadirkan Rasa Damai
Serta Kekuatan Menghadapi Hidup Yang Morat Marit
Sejak dari hidup morat marit dan serba kekurangan,kami sudah terbiasa hidup dama dalam segala keberagaman . Baik dalam lingkungna keluarga ,maupun terhadap lingkungan dimanapun kami tinggal.
Kalau kucing beranak sering berpindah pindah tempat,demi untuk mengamankan anak anaknya dari sergapan predator,maka kami berpindah pindah,karena terhanyut oleh kondisi yang tidak memungkinkan kami untuk memilih tempat tinggal yang sesuai keinginan hati. Hal yang membesarkan hati serta menguatkan kami,adalah dukungan dari orang yang sama sama hidup bernafas dalam lumpur .
Tinggal di Pulau Karam Belakang Pabrik Kecap
Pernah kami pindah kerumah dibelakang pabrik kecap Ang Ngo Koh. Masuk melalui jalan setapak,yang setiap kali hujan lebat pasti air tergenang. Pemondokan tempat kami tinggal hanya punya satu kamar dimana kami bertiga dengan putra kami yang baru satu orang tinggal. Hanya selisih 2 meteran,ada kali yang berhubungan dengan Sungai Batang Arau.
Bila air pasang,maka walaupun tidak ada hujan,seluruh halaman rumah digenangi air dan segala jenis binatang merayap,lari mengungsi kedalam pemondokan kami,bahkan masuk kekamar tidur. Dan hanya 30 meteran dari rumah yang kami tempati terdapat kuburan umum. Karena itu,hanya kami yang hidup terpuruk yang mau tinggal dilingkungan kumuh ini.
Tetangga kiri kanan adalah keluarga Muslim yang taat beribadah. Kami saling berbagi pisang goreng atau ubi rebus.Karena memang itulah kemampuan kami untuk saling berbagi. Kalau lagi pasang naik dan air kali meluap dan memenuhi halaman rumah ,bahkan masuk hingga kedalam ruangan,saya manfaatkan untuk menangkap ikan yang kesasar dan tentu saja kalau ada belutpun disikat.
Setelah genangan air menyurut maka saya manfaatkan menangkap kodok hijau yang dapat dijadikan sup. Kalau kodok bangkong beracun dan mematikan Tetangga kami sudah membuktikan dan selang 15 menit usai menikmati sup kodok yang kulitnya seperti tokek, langsung kejang kejang Tapi hanya menderita 10 menit langsung terbebas dari segala deritanya Karena langsung tewas
Terkadang ,setelah usai pekerjaan dirumah,kami duduk bersama tetangga,sambil minum kopi pahit dan sepotong ubi rebus ,hasil dari kolaborasi, para tetangga. Dalam kondisi hidup morat marit,kami saling berdoa menurut ajaran agama masing masing. Bahkan salah seorang sering menjadi Imam di surau.
Walaupun berbeda suku dan agama,tapi kami mampu melalui hari hari yang berat,karena seluruh tetangga saling menguatkan. Isteri saya mengajar privat les,tapi bagi anak anak tetangga,semuanya diajari secara gratis. Sebagai ungkapan rasa terima kasih,kami sering dikirimi ikan asin balado atau sayur pucuk ubi kayu.