Inilah Pelajaran Paling Berharga tentang Arti Puasa
Yang Tak Akan Pernah Saya Lupakan Sepanjang Hayat
Dalam perjalanan hidup, saya selalu berpedoman untuk belajar dari siapapun yang dapat menambah wawasan saya dalam memaknai arti kearifan hidup.
Ternyata ,hingga berusia 80 tahun,pelajaran paling berharga tentang hidup,khususnya tentang mengaplikasikan hidup berbagi ,saya dapatkan dari sosok yang sangat sederhana. Tidak mengenal digitial dan sama sekali tidak tersentuh oleh kemajuan zaman
Pertama dari Pak H. Syaifullah yang mengantarkan kepada saya :" Untuk menerapkan hidup berbagi, tidak harus dengan orang sesuku dan seiman"
Yakni sewaktu jembatan perjalanan Medan ke Padang terputus. Bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Saya diajak makan nasi sebungkus berdua.
Pelajaran hidup kedua,yakni seorang nenek yang bernama Halimah.
Makanan bisa basi,tetapi pelajaran hidup tak pernah akan basi (tjiptadinata effendi)
Karena mungkin kisah ini sudah pernah saya tuliskan,maka tentu tak elok saya re-write secara utuh,karena hanya akan menghadirkan rasa jenuh bagi para pembaca. Karena itu,saya tuliskan sekilas tentang background ,hubungan saya dengan bu Halimah.
Pada waktu itu, saya duduk sebangku dengan bu Halimah di Bis ALS.
Kondisi saya lagi demam,tapi tubuh saya mengigil. Isteri saya sudah menyarankan ,agar saya jangan berangkat. Tapi karena merasa sayang ,uang tiket bis hangus ,maka saya memaksa diri untuk tetap berangkat. Tapi diperjalanan, kendaraan mengalami kerusakan . Semua penumpang diminta turun . Dengan terpaksa saya juga turun. Mencari pohon besar dan dengan beralaskan jaket lusuh saya baringkan tubuh. Tanpa sadar,saya tertidur.