Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Idul Fitri 1442 Hijriah dan Hati yang Bersih

13 Mei 2021   10:34 Diperbarui: 13 Mei 2021   11:18 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri 1442 Hijriah dan Hati yang Bersih
Sumber: Kompas.com


Perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas. (Supartono JW. ditulis ulang 13052021)

Banyak beribadah dan beramal, tidak menjamin menjadi ahli surga, bila hatinya kotor. Itulah satu pesan singkat yang disampaikan khatib di mimbar Salat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah di lingkungan saya tinggal yang diselenggarakan dengan protokol Covid-19 ketat.

Saat mendengar pesan singkat dalam khutbah, rasanya hal itu selama puluhan tahun sangat merasuk mendarah daging dalam pikiran dan hati saya. Sebab, bicara tentang hati yang kotor, sudah saya abadikan dalam quote yang saya tulis di tahun 2000an. 

Hari ini, 13 Mei 2021 adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri yang ke-76 bagi umat Islam di seluruh Indonesia sejak Indonesia merdeka. Perayaan Hari Raya Idul Fitri perdana di Indonesia pasca kemerdekaan adalah pada tahun 1366 Hijriah. Dan, di perayaan yang ke-76 ini, ternyata menggema kembali pesan tentang hati manusia, percuma banyak ibadah dan beramal bila hatinya kotor.

Sifat akhlakul karimah

Allah membimbing manusia dengan mewajibkan beribadah kepada-Nya agar rohani manusia selalu bersih dan bening. Bila rohani bersih dan bening, maka jasmani manusia akan dapat terkendali. Lalu, di mana tempat bersemayamnya rohani manusia? Adalah hati menjadi tempatnya. 

Karenanya, kebersihan hati, menentukan buruk-baiknya seseorang. Dalam Alquran surat al-Hajj ayat 46, Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Buta hati disepadankan dengan hati yang kotor, hati tanpa nurani. Apabila dalam diri manusia hatinya bersih, maka akan lahir akhlak yang terpuji. Bila sebaliknya, maka akhlak tak terpuji.

Dari hati yang bersih, akhlak terpuji, akan melahirkan watak terpuji, seperti keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, simpati, empati, peduli, tahu diri, rendah hati, besar hati. Selain itu, watak terpuji (sifat akhlakul karimah) juga memiliki sifat optimis, ikhlas, sabar, menepati janji, pemaaf, jujur, amanah, hemat, dan lemah lembut, serta assyaja'ah (berani menegakkan kebenaran).

Sedangkan hati kotor, tak suci tanpa nurani akan melahirkan watak tak terpuji yang sifatnya kebalikan dari sifat watak terpuji. Bila hati kita bersih, maka akan mampu mengontrol dan dapat mengoreksi  diri, serta mengendalikan diri. 

Quote tentang perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas sudah saya tulis di tahun 2000an. Saat saya menulisnya, itu  adalah hasil endapan di hati dan pikiran saya tentang potret kehidupan khususnya manusia Indonesia mulai dari rakyat jelata hingga para pemimpin bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun