Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sadar Diri, Pengendali Dendam

13 April 2022   22:03 Diperbarui: 13 April 2022   22:21 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadar Diri, Pengendali Dendam
Sumber: Kompas TV


Sadar diri, maka mampu mengendalikan diri, tak memicu dendam. Dendam lahir,  akibat tak sadar diri dan tak mengukur diri.

(Supartono JW.13042022)

Jelang 10 hari fase pertama Ibadah Ramadhan 1443 Hijriah yang penuh rahmah dan berkah, di Indonesia ternyata dihiasi oleh peristiwa yang tak diduga akan terjadi, yaitu tragedi pemukulan terhadap seseorang di tengah demonstrasi, oleh beberapa orang.

Intelegensi dan personality?

Mengapa orang itu sampai dipukuli? Apa salahnya? Mengapa ada orang-orang yang sampai tega memukuli, padahal dapat dipastikan, tragedi itu bukan hal yang direncanakan, tetapi boleh dibilang dekat dengan kebetulan atau tak sengaja.

Bila kejadian pemukulan terhadap seseorang kepada seseorang sesama rakyat jelata, tentu beritanya tidak akan seheboh kejadian pemukulan ini. Pasalnya, setelah kejadian, rakyat Indonesia pun jadi tahu siapa yang dipukuli. Dan, setelah pihak keamanan bergerak, para pemukul pun beberapa sudah dapat diidentifkasi siapa mereka dan apa latar belakang dan motifnya.

Yang pasti, di bulan penuh berkah dan ampunan, ternyata ada manusia yang tetap kena pukulan. Pun ada manusia yang memukuli. Artinya, ada orang-orang yang tetap tak sadar diri karena tak sanggup mengendalikan diri, tak sanggup mengendalikan dendam.

Dari tragedi itu, berbagai pihak mengecam bahkan sampai mengutuk aksi kekerasan (pemukulan). Meski begitu, berbagai pihak juga memahami mengapa sampai manusia itu dipukuli, karena para pelaku begitu dendam kepada si korban, atas sikap dan perbuatannya selama ini di Indonesia, terutama yang di sebarkan di dunia maya.

Dari kisah ini, ada dua penyebab dasar kelemahan manusia mengapa kejadian pemukulan terjadi, yaitu, karena kondisi kecerdasan intelegensi dan personality (emosi) baik si korban mau pun pelaku.

Melihat latar belakang korban, mustahil dia tak cerdas intelegensi dan tak cerdas emosi. Mengapa, dia tetap menyodorkan diri, padahal pasti tahu banyak masyarakat yang tidak suka. Maka, bila hadir akan membahayakan dirinya.

Mungkin si korban ingin menguji diri, tetapi hasilnya di luar ekspetasi. Sebab, selama ini sikap dan perilakunya kerap memancing di air keruh dan sudah membikin masyarakat kecewa, marah, sampai dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun