Pak Presiden, Rakyat Rindu Suasana Indonesia yang Damai dan Rukun!
Pak Presiden, maaf, para buzzer itu sungguh sudah sangat-sangat meresahkan masyarakat, membikin ibadah Ramadhan jadi tak aman, tak nyaman, dan tak khusyuk. Mengapa masih dibiarkan setiap detik mencuit dan terus menyebarkan narasi permusuhan?
Pak Presiden, maaf, saya hanya rakyat biasa yang ingin segala sesuatunya di tempatkan pada tempatnya, lewat tulisan-tulisan, saya hanya memotret wajah Indonesia dan bagaimana suasana hati rakyat yang cinta damai dan cinta tak dibikin menderita. Rakyat, sudah nampak mulai marah, pak.
Menjadi insan yang benar dan obyektif
Saya terus berusaha menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, berusaha cerdas, beretika, dan berdaya kritis. Tidak memihak. Sebab, saya juga ingin tercipta suasana damai di Indonesia, terutama dengan lahirnya para elite dan warga bangsa, juga menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, cerdas, beretika, dan berdaya kritis. Tidak memihak. Satu NKRI.
Pak Presiden, maaf, tolong, tertibkan orang-orang yang terus bekerja memperkeruh suasana, bikin ibadah Ramadhan tak nyaman, tak aman, dan tak Khusyuk. Sungguh, rakyat rindu suasana Indonesia yang damai, rukun. Terima kasih, Pak Presiden.