Lebih Baik Memelihara Ayam Dibanding Memelihara Amarah
Ramida atau Ar-ramad merupakan akar kata Ramadan yang mempunyai arti menghanguskan atau kekeringan, bulan ke sembilan dalam penanggalan Hijriyah di sucikan oleh kalangan umat Islam karena di bulan ini pula perintah menjalankan ibadah puasa atau shaum, dalam kondisi berpuasa dan ketika lapar mendera di sertai rasa haus yang mencekik tenggorokan, rasa amarah serasa cepat tersulut dan emosi pun bisa memuncak, namun bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan agar kita senantiasa bersabar, berpuasadi bulan Ramadhan bagi seorang muslim dan muslimah semestinya memperbanyak amalan seperti membaca kitab suci dan juga memperbanyak shalat.
Tetapi dalam perjalanan selama 29-30 hari di bulan puasa tak mungkin selalu dalam suasana tenang, damai, sejuk atau pun sejumlah kenyamanan, contoh teranyar di Indonesia pasca pengumuman KPU tentang perolehan suara pilpres, kericuhan pun tak terelakan dan bahkan merenggut nyawa manusia, yup kita pun menyesalkan apa yang terjadi, namun pelajaran penting adalah bagaimana mengelola amarah di bulan berkah ini menjadi penting, perseteruan karena berbeda pandangan politik, janganlah saling membenci, apalagi media sosial dan sikap para netizen yang saling bully membuat amarah kian menjadi jadi.
Sebenarnya mengapa sih harus marah marah? Marah adalah situasi emosi yang ditandai dengan meningkatnya denyut jantung serta tekanan darah dan tingkat adrenalin dan noradrenalin, ekpresi orang marah dengan sikap raut muka dan bahasa tubuh yang khas seperti mata melotot, menyeringai, pokoknya nggak enak di lihat deh, eits jangan terus terusan memelihara amarah ya, mending memelihara yam deh, bisa bertelur dan diambil dagingnya pula, yuks gaes saatnya redakan amarah dan berseteru, ramadhan kali ini di jamin lebih indah jika kita kendalikan marah di bulan puasa, setuju?
Tak Semua Keinginan Bisa Kita Dapatkan
Pernah lihat dong ketika seorang bocah meraung raung dengan gerakan tak terkendali, menangis sejadi jadinya dan menarik perhatian orang orang, dan sikap ini membuat orang tuanya pun menjadi emosi, apa pasal bocah itu menangis? Biasanya meminta sesuatu dan tidak di kabulkan. Jalan satu satunya adalah beraksi dengan menangis sejadi jadinya, bila permintaannya di luluskan maka tangisan pun mereda dan berubah menjadi tawa riang.
Begitulah mereka mengekpresikan rasa marah karena keinginannya belum tercapai, selama barang yang di incarnya belum di dapatkan, selama itu pula si bocah akan terus merengek, meraung dan menangis. Dunia dewasa tentu berbeda dengan dunia anak anak, namun ada sisi bocah yang bisa saja terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Banyak juga kok orang deasa yang suka mengeluarkan amarah jika ada keinginannya tidak terkabul, mungkin ia tidak meraung raung dan menangis seperti anak anak.
Namun dari gestur dan bahasa tubuh jelas terlihat ia melakukan amarah karena keinginannya tak bisa di wujudkan. Perlu dipahami bahwa sebenarnya dalam kehidupan akan banyak keinginan yang tak bisa diwujudkan dan memang tak semua yang kita inginkan bisa di dapatkan, di bulan puasa ini seyogyanya kita perlu menjabarkan bahwa perlu sejenak merenung apa yang kita miliki sebenarnya anugerah yang maha kuasa.
Saatnya di bulan suci redakan amarah, mungkin marah tidak membatalkan puasa seperti kita melakukan makan minum, berhubungan suami isteri di saat waktu fajr hingga maghrib, namun marah marah melulu di bulan puasa juga nggak baik juga sih, yekan? Nah saatnya nih mengejar ibadah puasa namun sedapat mungkin kita jua yang mampu menahan amarah, tak semua keinginan yang kita targetkan bisa tercapai semuanya dan berhasil, yuk redakan amarah di bulan suci, setuju?
Bulan Ramadhan Adalah Bulan Untuk Bermuhasabah
Jutaan orang menanti nanti datangnya Ramadhan, ribuan orang lainnya akan menangisi kepergian Ramadhan karena akan berganti dengan bulan Syawal, bulan puasa adalah bulan intropeksi diri, muhasabah dan merenungkan betapa kita sebenarnya untuk apa hidup ini, dengan bekal seadanya apakah mampu berlayar dengan selamat ke negeri keabadian. Atau terus saja mengobarkan api kebencian di sepanjang hidup kita untuk menurutkan hawa nafsu dan ego sentris sehingga menapaki bulan suci pun selalu ada amarah di hati.
Bukan perkara gampang untuk bisa menekan amarah ke titik terendah, apalagi kita merasa punya kedudukan, jabatan dan pangkat yang menyertainya, mumpung masih bulan suci, apalagi di 10 hari terakhir bulan puasa, ketika reward dari ALLAH berserakan di malam malam ganjil jelang tutupnya Ramadhan, masa sih harus marah marah terus, kenapa sih memperturutkan emosi padahal sedang menjalankan ibadah puasa.