Ketika Pemuka Agama Itu Saling Berbagi, Tarawih Pun Terasa Menyejukkan
Tentu sebuah pemandangan yang cukup menakjubkan. Terlihat indah dan semarak ibadah di masjid itu.
"Insya Allah, Masjid Raya Baitul Makmur Kabun ini selalu penuh oleh jemaah setiap malam dari awal sampai akhir Ramadan," kata seorang pengurus, saat kami minum usai shalat di teras masjid.
Mungkin agak beda dengan masjid lain, terutama masjid yang shalat Tarawih nya juga 20 rakaat.
Kebanyakan yang berlaku itu, bahkan acap kita saksikan, imamnya cenderung "makan tebu dengan urat-uratnya".
Ya, dia imam, dia pula mengimami shalawat, doa, tasbih serta tahlil. Apa tak ada orang siak lain di kampung itu?
Ada. Banyak malah. Sebab, di lingkungan sebuah masjid itu orang siaknya lengkap, bila dibandingkan dengan surau biasa.
Tapi kok tak ada berbagi dalam penyelenggaraan Tarawih? Mungkin ini yang patut kita diskusikan.
Kapan perlu kita studi ke Masjid Raya Baitul Makmur. Lihat dari dekat cara kebersamaan, cara berbagi tugas kita selalu pemuka agama di tengah masyarakat.
Ketua TSR 26 Elfi Delita yang juga Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Padang Pariaman memuji semangat masyarakat beribadah di masjid itu.
"Ini malam ketiga kita kunjungan ke masjid dan surau, Masjid Raya Baitul Makmur Sunua terkesan luar biasa," kata dia.
Masjidnya rancak, jemaahnya disiplin waktu, dan tak ribut soal perbedaan shalat Tarawih antara yang 20 dengan 11 rakaat.