Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕
Simfoni Pagi di Pasar Gamalama Ternate
"Pasar Gamalama Ternate bangkit sebelum fajar. Di balik asap ikan fufu (Ikan Cakalang Asap) dan gemuruh tawar-menawar, tersimpan denyut nadi Ternate yang sesungguhnya."
Kisah Hidup, Rempah, dan Ikan Fufu yang Tak Pernah Padam
Matahari belum sepenuhnya bangun ketika Pasar Gamalama sudah mulai berdenyut. Suara langkah kaki bergegas, tawa ringan para pedagang, dan aroma rempah-rempah yang membaur dengan segarnya ikan laut menciptakan simfoni khas yang hanya bisa ditemukan di jantung Kota Ternate ini.Â
Pasar Gamalama bukan sekadar tempat jual-beli---ia adalah nafas kehidupan masyarakat, ruang di mana budaya, tradisi, dan ekonomi menyatu dalam harmoni yang sempurna.
Pasar Gamalama: Di Mana Pagi Dimulai Lebih Awal
Begitu mentari baru menyapa ufuk timur, deretan pedagang sudah sibuk menyiapkan dagangan. Sayuran segar, buah-buahan tropis, rempah-rempah wangi, dan tumpukan hasil laut memenuhi setiap sudut pasar.Â
Namun, di antara semua itu, ada satu aroma yang langsung menyeruak: ikan fufu, cakalang asap yang menjadi ikon kuliner Ternate.
Foto: Suasana Pagi ketika Hujan Gerimis di depan pasar Gamalama Ternate (&wiekf_2025)
Bagi yang belum tahu, Pasar Gamalama adalah tempat di mana waktu seolah bergerak lebih cepat di pagi hari. Pembeli berdatangan, tawar-menawar berlangsung dinamis, dan para penjual dengan cekatan melayani permintaan.Â

Ini adalah ritual harian yang tak pernah berubah---sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Ikan Fufu: Warisan Rasa yang Tak Tergantikan
Jika ada satu hal yang membuat Pasar Gamalama begitu istimewa, itu adalah ikan fufu atau ikan Cakalang segar yang diasapin. Bukan sekadar makanan, melainkan simbol ketekunan dan kearifan lokal (local wisdom).Â
Proses pembuatannya adalah seni yang membutuhkan kesabaran, proses awalnya cakalang segar dibersihkan, dibelah, lalu diasapi perlahan dengan kayu bakar pilihan.Â
Hasilnya? Daging ikan berwarna keemasan, gurih, dan beraroma khas yang sulit dilupakan.
Bagi masyarakat Ternate, ikan fufu lebih dari sekadar lauk. Ia adalah bagian dari identitas, disantap dengan nasi hangat dan sambal dabu-dabu, atau diolah menjadi sup yang menggugah selera.Â
Setiap gigitannya adalah cerita tentang laut, tentang nelayan yang mengarungi ombak, dan tentang tangan-tangan terampil yang menjaga tradisi tetap hidup.
Foto: Tampak "Ikan Fufu" atau Ikan Cakalang yang telah diasapin (&wiekf_2025)

Pasar Gamalama sebagai Barometer Ekonomi Ternate
Setiap pagi, Pasar Gamalama bercerita tentang nasib ekonomi warga Ternate melalui riuhnya para pembeli dan gemerisik daun pisang pembungkus ikan segar.Â
Di sini, gairah ekonomi tak perlu diukur dengan grafik-grafik rumit, cukup lihat bagaimana tawa para nelayan mengembang ketika dagangan laris, atau bagaimana sayuran segar bertumpuk di lapak pedagang.Â
Pasar ini adalah cermin jujur; ketika para ibu sibuk menawar harga dan dagangan cepat habis, itu artinya rejeki sedang mengalir deras. Tapi di hari-hari sepi, ketika hanya beberapa pembeli yang mondar-mandir, kita bisa merasakan betapa nelayan dan petani sedang menahan napas menunggu angin perubahan.
Dinamika Harga Sembako Menjelang LebaranÂ
"Mbak, berasnya naik lagi ya?" tanya seorang ibu sambil menghela napas melihat harga beras premium yang sudah menyentuh Rp15.000 per kilogram.Â
Menjelang lebaran, Pasar Gamalama seperti medan pertempuran kecil, harga daging sapi melambung, minyak goreng harganya tak menentu, tapi untunglah ikan fufu setia menjadi penyelamat dengan harganya yang tetap bersahabat.Â
Ibu Halimah, pedagang sayur yang sudah 20 tahun berjualan di sini, sibuk menata tumpukan cabai dan bawang merah. "Sengaja saya stok banyak," katanya sambil tersenyum, "Biar meski harga naik, warga tetap bisa dapat bahan buat masak lebaran."Â
Di balik angka-angka kenaikan harga, tersimpan cerita tentang usaha kecil-kecilan para pedagang yang berjuang memenuhi meja makan warga Ternate di hari raya.
Tantangan di Tengah Modernisasi
Meski tetap menjadi primadona, Pasar Gamalama tak luput dari perubahan zaman. Kehadiran pasar modern dan belanja daring sedikit banyak menggeser kebiasaan masyarakat.Â
Beberapa pedagang pun beradaptasi, mulai menjual produk secara online atau bekerja sama dengan restoran.
Namun, ada sesuatu yang tak pernah berubah yakni semangat Pasar Gamalama. Pagi hari tetap menjadi puncak keramaian, di mana energi perdagangan dan interaksi sosial berpadu.Â
Menjelang siang, suasana mulai tenang, tapi nuansa kekeluargaannya tetap terasa. Pasar ini bukan hanya tentang transaksi, melainkan juga tentang hubungan manusia, tentang obrolan ringan, tawa, dan kebersamaan.
Epilog: Pasar yang Tak Hanya Berdagang, Tapi Juga Bercerita
Di antara asap ikan fufu dan gemuruh tawar-menawar, Pasar Gamalama tetap berdetak sebagai jantung Ternate. Ia bukan sekadar pasar, melainkan catatan hidup yang menceritakan gairah ekonomi, geliat pedagang kecil, dan tradisi yang bertahan di tengah zaman. Meski harga sembako fluktuatif dan modernisasi mengancam, semangatnya tak pernah padam.Â
Di sini, setiap rempah berbisik tentang ketangguhan, setiap ikan fufu (ikan Cakalang yang diasapin) mewariskan cerita, dan setiap lebaran menjadi bukti bahwa tradisi akan selalu menemukan caranya untuk bertahan. Selama masih ada nelayan yang melaut dan ibu-ibu yang setia berbelanja, Pasar Gamalama akan tetap menjadi living heritage yang terus bernafas.
"Pasar Gamalama bukan sekadar pasar. Ia adalah tempat di mana hidup berdenyut dalam bentuknya yang paling jujur."
That's all from me today. See you in the next article! Thank you for stopping by.
Sulamadaha - Ternate, 26 Ramadhan 1446 Hijriah/ 26 Maret 2025.
Content Competition Selengkapnya
Lebaran Minimalis
Suasana Hati Usai Minta Maaf dan Memaafkan
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025