Biar #DiRumahAja Bernilai Ibadah
Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan (H.R Bukhari dan Muslim)
Sudah berapa lama sih kita mengurung diri di rumah sesuai anjuran Pemerintah? Kalau saya hitung-hitung, sejak pemerintah menerapkan kebijakan social distancing, saya sudah 2 bulan lebih me-lockdown diri #DiRumahAja. Apa yang dirasa sekian lama berdiam diri di rumah tersebut?
Jujur saja, sempat ada rasa jenuh dan bosan. Baru seminggu diam di rumah, badan ini rasanya sudah nagih mengajak keluar rumah. Wajar kan ya, kita yang terbiasa mobile kesana kemari, tiba-tiba harus mengurangi aktivitas tersebut dan beraktivitas di rumah yang segitu-segitu aja luasnya. Siapa yang gak bosan coba? Pengen marah? Marah pada siapa?
Tapi kemudian saya sadar, kalau saya memaksakan diri berkeliaran di luar rumah, kok ya rasanya egois dan sombong. Iya, di luar sana ada musuh renik yang tak kasat mata mengintai kesehatan, kok berani-beraninya menentang itu semua. Apalagi kalau melihat perjuangan tenaga medis yang merawat Pasien, duh, sungguh gak tega.
Saya perlu sesuatu yang dapat memotivasi diri untuk berdiam diri di rumah. saya harus merubah cara pandang saya soal pentingnya diam di rumah saja.
Dari guru saya, Ust. Arafat, saya diingatkan kembali soal pentingnya niat. Bukankah rasul pernah berpesan soal pentingnya niat ini? seperti apa yang saya kutip di awal Tulisan ini. intinya adalah, You are what your niat.
Niat itu soal amalan hati. Ia bisa menjadi penggerak yang menjadi energi bagi kita untuk melakukan suatu tindakan. Lalu apa hubungannya dengan aktivitas kita #DiRumahAja?
Coba dipikir lagi, apa sih niat awal kita berdiam diri di rumah saja? hanya sekedar mematuhi anjuran Pemerintah? Duh, kalau cuma itu alasannya, bisa jadi rasa bosan dan jenuh bakalan muncul terus. Kita butuh niat yang lebih kuat. Apa itu?
Kenapa sih gak meniatkan diam #DiRumahAja sebagai ibadah. Iya, ibadah. Kita bisa mendapatkan pahala dan kebaikan seandainya niat awal berdiam diri di rumah tersebut untuk melakukan ibadah. Lalu bagaimana niat kita agar aktivitas kita di rumah saja tersebut bisa menjadi pahala ibadah?
Sesuai tuntunan al-Qur'an dan hadist, kita bisa meniatkan banyak kebaikan untuk berdiam diri dirumah saja tersebut. Misalnya, niat mengharap ridha Allah. Hal ini sudah Allah tegaskan dalam surat An-Nah, ayat 80 : Allah menjadikan bagimu rumahmu sebagai tempat tinggal. Demi mentadaburi ayat tersebut, bismillah saja, mari bersyukur dan mengharap ridha-Nya dengan lebih banyak tinggal di rumah.
Kemudian, kita bisa berniat membantu anggota keluarga lain. Ummul Mukminin Aisyah berkata, "Rasulullah saat di rumah dalam kesibukan membantu istrinya. Apabila tiba waktu shalat, beliaupun pergi shalat" (HR Bukhari Muslim). Ini adalah saatnya kita mempraktekkan sunnah rasul tersebut. Di masa normal, seberapa sering sih kita membantu istri di rumah? seberapa sering kita membantu menyelesaikan tugas-tugas PR si kecil?