Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".
Bakso Favorit Bondowoso
Bakso Favorit Bondowoso
Bakso favorit Nusantara tidak hanya bakso Malang atau bakso Solo, tetapi juga bakso Bondowoso.
Siapakah yang suka bakso? Hampir semua orang akan mengacungkan jari mereka. Dan salah satu orang itu adalah Ma'e.
Ya, bakso merupakan salah satu jenis makanan favorit Ma'e. Tidak peduli asal baksonya dari mana, apakah dari Solo atau dari Malang. Yang penting baksonya halal dan rasanya enak Insya Allah Ma'e tidak akan menolaknya. Bahkan Ma'e akan memakannya sampai tandas.
Pada Syawal hari kelima, Ma'e membahagiakan keluarganya dengan hidangan bakso favorit anak-anaknya yaitu bakso Bondowoso yang lezat. Kali Ma'e tidak perlu repot-repot menggiling daging ke tempat penggilingan daging dan membuat pentol bakso yang bahan-bahannya antara lain daging sapi, tepung tapioka, putih telur, bawang putih halus, merica halus, garam kasar dan air es. Karena, Ma'e bisa membeli bakso frozen di Mbak Irma.
Siapakah Mbak Irma? Mbak Irma adalah seorang ibu rumah tangga dan juga tetangga Ma'e asli orang Bondowoso yang membuka bisnis kuliner dari rumah dengan salah satu produk unggulannya adalah bakso sapi. Satu bungkus bakso sapi produk Mbak Irma kemasan 500 gram harganya dibandrol 50 ribu rupiah. Isinya lima puluh butir bakso. Cukup banyak. Bisa untuk sajian dua hari.
Ukuran bakso Mbak Irma memang kecil-kecil. Mungkin sebesar kelereng. Namun, rasa bakso Mbak Irma tidak kalah enaknya dengan rasa bakso Malang yang dijual di kota Malang atau bakso Solo yang ada di Nangkaan.
Ma'e berusaha memasak baksonya dengan niat untuk meraih Rida-Nya semata agar apa yang ia lakukan berpahala dan tidak berakhir sia-sia.
Ma'e membuat kuah baksonya dari sedikit daging sapi asli. Ma'e membelinya sebanyak seratus gram daging sapi. Selain itu menggunakan kaldu bubuk rasa sapi. Ma'e membumbunya dengan bawang putih dan merica yang sudah dihaluskan.
Ma'e menyajikan baksonya di dalam mangkok. Ma'e berusaha melakukannya dengan segenap rasa cinta kepada-Nya. Semoga dengan rahmat-Nya hal itu dapat mengaktifkan Dopamin yaitu hormon kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu dapat menular kepada anak-anaknya.