Ramadan Memang Syahrut Training
Salah satu nama yang disematkan pada bulan Ramadan adalah Syahrut Tarbiyah, artinya bulan pendidikan, bulan pembinaan, atau bulan pelatihan. Bahkan teman saya menyebutnya sebagai Syahrut Training, kosa kata gabungan dari bahasa Arab dan Inggris.
Tentu saja ulama dahulu tidak semata-mata memberi nama bulan Ramadan sebagai bulan pendidikan. Karena di bulan Ramadan, saat sedang melaksanakan ibadah puasa, tingkat ruhiyah (keinginan untuk beribadah) sedang meningkat. Buktinya sangat kentara kalau Anda memperhatikan keadaan sekitar.
Di masjid-masjid lebih banyak orang salat berjamaah dibanding bulan-bulan lainnya. Semangat sedekah atau berinfak pun meningkat. Begitupun dakwah atau ceramah. Dari bada salat Subuh, bada salat Zuhur, sebelum salat Tarawih, hal yang lumrah diadakan ceramah atau sekadar kultum (kuliah tujuh menit). Termasuk trafik ke chanel-chanel youtube para ustad pun meningkat di bulan Ramadan.
Karena nuansa ruhiyah meningkat maka sangat cocok kalau bulan Ramadan dijadikan momen untuk belajar, meningkatkan pengetahuan, menambah ilmu, dan mengembangan keahlian atau skill.
Dan berkaitan dengan peningkatan skill di bulan Ramadan ini, saya punya pengalaman sendiri. bahkan itu menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Bulan Ramadan dua tahun lalu, saat dunia dilanda pandemi, saat orang-orang harus lebih banyak diam di rumah, saat punya banyak waktu, saya mengikuti pelatihan menulis online. Dari dulu memang saya ingin menguasai teknis menulis. Namun, karena kesibukan rasanya tidak punya waktu untuk belajar atau ikut pelatihan menulis. Maka saat ada kesempatan di bulan Ramadan dua tahun lalu itu, saya tak menyia-nyiakannya.
Saat itu banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online. Termasuk pelatihan menulis. Ada banyak lembaga atau penulis senior yang membuka sekolah menulis. Saya ikut salah satunya. Sekolah diadakan selama dua pekan saja, tetapi apa diajarkan cukup untuk bagi saya untuk memberanikan menulis. Dan sisa hari-hari di bulan Ramadan itu saya memraktekkan ilmu yang saya pelajari dengan menulis setiap hari, dan mem-posting-nya di media-sosial.
Kebetulan saat itu ada penerbit yang mengadakan challenge menulis selama 15 hari berturut-turut. Kalau tulisannya dinilai layak untuk diterbitkan, maka dibukukan dan diterbitkan oleh penerbit tersebut.
Maka, sambil berlatih memperlancar skill menulis, saya pun menulis setiap hari. Dan di akhir bulan Ramadan ternyata tulisan-tulisan saya dinilai layak untuk diterbitkan. Saya kemudian diminta untuk menambah beberapa tulisan lagi untuk memenuhi syarat minimal halaman buku.
Alhamdulillah akhirnya tiga bulan setelah Ramadan -- setelah proses lay out dan editing -- buku saya terbit dengan judul 'Menggapai Tangan Tuhan'. Itulah mengapa saya menganggap pengalaman saat Ramadan dua tahun lalu itu, saat saya meningkatkan skill menulis, merupakan pengalaman yang sangat berkesan.
Saya pun jadi lebih percaya diri untuk menulis lagi. Sehingga saya tidak ragu lagi, di awal tahun 2022, membuat akun di Kompasiana. Saya merasa Kompasiana wadah yang tepat untuk menempa skill menulis saya. Dan sejak itu saya berusaha menulis setiap hari di Kompasiana.