Keraguan Menjadi Kemenangan
Rasulullah SAW belum sempat mengutarakan sesuatu, ada lagi yang mendahului berkomentar, "Ya Rasulullah, mengapa Anda mengabarkan kepada kita bahwa kita akan berperang, sehingga kita menjadi cemas? Sesungguhnya kita keluar Madinah tadinya kan karena mengejar kafilah dagang bukan untuk berperang."
Mendengar komentar-komentar tersebut berubahlah raut wajah Rasulullah SAW dan nampak kesedihannya. Tidak menyangka beberapa orang dari pasukannya punya keinginan untuk menghindari berperang. Kekecewaan memenuhi ruang dadanya.
Namun tiba-tiba. "Ya Rasulullah, lebih baik kita bertempur." Spontan Abu Bakar berkata sambil berdiri. Abu Bakar memahami perasaan Rasulullah SAW dengan melihat perubahan raut mukanya.
"Ya Rasulullah, aku setuju dengan Abu Bakar. Memang lebih baik kita bertempur dengan musuh Allah." Umar bin Khaththab kali ini yang berdiri, menegaskan apa yang diucapkan Abu Bakar.
"Tapi, demi Allah! Kita tidak memiliki kekuatan untuk bertempur melawan pasukan Quraisy. Kita berangkat dari Madinah tidak lain karena kafilah dagang Abu Sufyan, sehingga kita tidak membawa persenjataan lengkap," kata salah seorang sahabat menimpali perkataan Umar dan Abu Bakar.
Kemudian Miqdad bin al-Aswad berdiri dan menyampaikan pendapatnya.
"Ya Rasulullah, teruskanlah pada apa yang telah Allah perintahkan kepada engkau! Kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau seperti perkataan Bani Israil kepada nabi Musa, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami tetap duduk di sini saja.' Akan tetapi, kami akan berkata, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami ikut berperang bersamamu! Demi Allah, jika engkau berjalan bersama kami sampai ke desa Barkul Ghamad , niscaya kami berjuang bersamamu. Kami akan berperang dari sebelah kananmu, di hadapanmu dan di belakangmu."
Rasulullah SAW pun tersenyum mendengar pernyataan Miqdad tersebut. Rasulullah SAW kemudian menoleh ke arah Sa'ad bin Mu'adz dan berkata, "Kemukakanlah pandangan kalian kepadaku, wahai sahabat-sahabat Anshorku."
"Demi Allah, tampaknya engkau menghendaki ketegasan sikap kami, wahai Rasulullah?" kata Sa'ad bin Muadz.