Rindu Teman Masa Kecil
Jarak yang jauh, kesibukkan kerja, dan cuti yang terbatas, menjadi alasan saya sangat jarang pulang kampung. Bahkan beberapa kali dalam setahun hanya pulang sekali, yaitu salat mudik lebaran. Apalagi saat pandemi, tiga tahun berturut-turut tidak pulang kampung sama sekali.
Hampir setiap orang pasti punya kenangan indah di kampung halaman di mana kita dilahirkan dan tumbuh besar. Karena kenangan terindah itu adalah kenangan saat kita masih kecil, maka otomatis di kampung halamanlah kenangan indah kita tercipta.
Itu yang saya rasakan setiap pulang ke kampung halaman. Setiap berada di rumah di mana dulu saya dilahirkan, selalu terbayang apa yang saya lakukan dulu di setiap sudut rumah. Pun ketika berjalan-jalan di beberapa tempat di kampung, di mana saya dulu bermain bersama teman-teman. Tambah lengkap saya memutar kembali film kenangan masa kecil kalau bertemu dengan satu atau dua orang teman masa kecil.
Tentu saya dan teman-teman tersebut akan berbalas obrolan tentang kenangan masa kecil. Saat main petak umpet, mandi bareng di sungai, bermain bola di sawah saat sawah kering setelah panen, mencuri mangga di pohon Pak Haji, berjalan ramai-ramai di malam hari ke kampung sebelah untuk menonton layar tancap, atau wayang golek, ngabuburit bareng, perang meriam dari bambu setiap malam di bulan Ramadan, dan banyak lagi kenangan masa kecil yang asyik kami bicarakan.
Bertemu dengan teman-teman masa kecil. Itu yang saya rindukan setiap pulang ke kampung halaman. Dan itu tidak saya dapatkan sejak beberapa tahun yang lalu, setiap pulang kampung. Karena ada yang pindah domisili, dan ada yang sudah meninggal. Sehingga kenangan indah masa kecil, semakin lama semakin sulit dibayangkan lagi.
Apalagi kemudian, karena perkembangan wilayah, banyak lokasi yang menyimpan kenangan masa kecil telah berubah. Baik berubah fungsi maupun berubah suasananya. Sedih sekali tentunya.
Maka sekarang, setiap mudik lebaran ke kampung halaman, yang paling saya rindukan adalah bertemu dengan teman-teman masa kecil.