Pengalaman Bermaaf-maafan di Hari Lebaran dari Tahun ke Tahun
Dalam hal ini saya dimudahkan, karena kebetulan berdomisili di kecamatan yang tidak jauh dari kampung kelahiran. Hanya dengan menempuh 30 menit perjalanan, maka saya sudah berada di rumah orang tua. Inilah yang menyebabkan saya tak pernah sekalipun merayakan lebaran hari pertama di rumah sendiri. Untunglah pasangan saya selalu sepakat dalam hal ini.
Di sana saya merasakan suasana lebaran yang kental dengan dengan berbagai tradisi. Berbagai kebiasaan yang sudah akrab dan mendarah daging dalam diri saya dari kecil hingga dewasa. Ini pula yang menyebabkan saya belum sanggup merayakan lebaran di rumah sendiri tanpa berkumpul di rumah orang tua.
Salah satu tradisi seperti yang telah saya uraikan di atas, yakni menyalami dan meminta maaf pada orang tua sebelum di pagi subuh sebelum bersiap-siap berangkat shalat Id. Demikian pula kepada pasangan dan orang-orang yang dihormati.
Selain itu, tradisi yang juga masih selalu kami lakukan adalah menyinggahi setiap rumah yang kami leawati sekembalinya dari pelaksanaan shalat Id di masjid kampung. Jadi hampir setiap orang berangkat ke mesjid dengan berjalan kaki dari rumah masing-masing.
Ketika hendak pulang ke rumah setelah shalat Id, orang-orang akan menyempatkan diri singgah sebentar sekedar menyalami tetangga, saudara di rumah yang dilewati. Cukup memakan waktu memang, namun tetap saja ini terasa indah dan cukup berkesan untuk mempererat tali kembali silaturrahmi.
- Menghabiskan sepanjang hari untuk mengunjungi atau menerima kunjungan sanak famili di hari lebaran
Satu lagi pengalaman menarik yang saya rasakan di hari lebaran. Yakni menghabiskan hampir sepanjang hari saya bahkan sampai malam untuk menerima kunjungan sanak saudara yang datang bersilaturrahmi di hari lebaran. Tentu saja kedatangan tersebut dalam rangka bermaaf-maafan.
Ini biasanya saya lakoni bersama orang tua dan dan saudara saya secara bergantian. Setelah shalat Id biasanya saya dan suami akan mengambil waktu beberapa jam untuk mengunjungi Mertua dan keluarga suami terlebih dahulu. Setelah itu, kami kami akan kemabali ke rumah orang tua saya untuk menerima kunjungan sanak famili.
Biasanya ini berlangsung bukan hanya satu hari, di kampung kami biasanya saling mengunjungi ini akan berlangsung dalam 2 sampai 3 hari lebaran. Bahkan bisa lebih dari itu. Selalu saja ada tamu yang datang dalam beberapa hari lebaran tersebut.
Itulah beberapa kenangan dan pengalaman saya dalam hal bermaaf-maafan yang terasa membekas selama lebaran. Tentu masih banyak lagi pengalaman lainnya yang juga tak kalah seru untuk diceritakan disini.
Namun dalam kondisi pandemi Covid-19 saat, semua pengalaman tersebut mungkin tidak semua akan dapat terulang pada lebaran tahun ini. Sebuah suasana lebaran yang tentunya akan berbedadengan lebaran tahun-tahun yang lampau.
Walau demikian, tetap saja lebaran kali ini akan tetap bermakna. Sekalipun mungkin tidak dapat melakukan tradisi bermaaf-maafan yang sama seperti lebaran sebelumnya.