Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Dokter

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Puasa dan Penyakit Asam Lambung: Antara Iman, Ilmu, dan Sakit Perut

23 Maret 2025   13:30 Diperbarui: 23 Maret 2025   16:28 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa dan Penyakit Asam Lambung: Antara Iman, Ilmu, dan Sakit Perut
Ilustrasi Sakit Perut (Sumber: Pixabay.com)

"Masih tidak puasa tahun ini?" tanyaku pada seorang rekan kerja di rumah sakit saat jam istirahat siang.

Dia menaruh sendok di pinggir cangkir teh yang masih mengepul. "Iya, saya masih tidak puasa, dok. Penyakit lambung saya parah. Pernah maksa puasa, ujung-ujungnya masuk IGD. Perihnya kayak lambung diperas pakai tangan kosong."

Saya tersenyum kecil. Dialog seperti di atas bukan barang baru. Setiap Ramadan, selalu ada orang yang ingin berpuasa, tetapi tubuhnya menolak. Ada yang sudah berusaha, tetapi tetap tumbang juga. Lalu muncul pertanyaan klasik: kalau begini, pasien penyakit asam lambung harus tetap puasa atau tidak?

Masalah ini tidak cuma perkara ilmu medis, tetapi juga urusan iman. Di satu sisi, ada dorongan untuk tetap puasa, supaya bisa merasakan kebersamaan Ramadan seperti orang lain. Di sisi lain, sakit perut itu nyata. Bukan dibuat-buat, bukan alibi, tetapi benar-benar nyeri sampai keringat dingin bahkan pingsan atau kejang.

Ilustrasi Nyeri Ulu Hati Karena Makanan pada Penyakit Asam Lambung (Sumber: Pixabay.com)
Ilustrasi Nyeri Ulu Hati Karena Makanan pada Penyakit Asam Lambung (Sumber: Pixabay.com)

Orang-orang sekitar pun punya pendapat berbeda-beda. Ya, di dunia modern ini setiap orang bisa menjadi komentator untuk urusan apapun, termasuk urusan apakah orang dengan penyakit asam lambung mampu atau tidak berpuasa. Ada yang bijak bilang, "Kalau sakit ya tidak usah dipaksa. Islam itu tidak memberatkan bagi umatnya." Namun, ada juga yang langsung kasih ceramah, "Masa kalah sama lapar? Nabi dulu perang sambil puasa, masa kita tidak kuat?"

Lha, ini urusan sakit perut, bukan medan perang. 

Kalau bicara pakai ilmu, puasa ramadan itu sebenarnya bagus buat kesehatan. Tinjuan Tibi S dan Rekan (2023) yang terbit dalam jurnal Cureus tentang dampak puasa Ramadhan terhadap saluran pencernaan menyatakan bahwa intermittent fasting, yang konsepnya mirip puasa Ramadan, bisa membantu menurunkan berat badan, menstabilkan kadar lemak darah, dan bikin ritme biologis tubuh lebih baik. Bahkan, puasa bisa memperbaiki keseimbangan bakteri usus, menyeimbangkan hormon pencernaan, dan mengurangi peradangan dalam tubuh.

Ilustrasi Ramadan (Sumber: Pixabay.com)
Ilustrasi Ramadan (Sumber: Pixabay.com)

Namun, ya, hidup ini tidak sesimpel teori di jurnal kesehatan dan kedokteran. Buat orang yang punya penyakit lambung, puasa bisa jadi berkah atau malah musibah. Pasien dengan radang usus, penyakit refluks, atau dispepsia, misalnya, kebanyakan masih aman-aman saja kalau mau puasa. Namun, kalau yang sudah lanjut usia dan punya kolitis ulseratif atau ulkus peptikum (luka pada saluran cerna atau lambung/tukak lambung), risikonya lebih tinggi. Pasien dengan tukak lambung ini juga lebih rentan mengalami perdarahan setelah Ramadan.

Jadi, puasa ini teman atau musuh buat penderita asam lambung? Jawabannya: tergantung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

26 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran

blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 24 
27 Mar 2025

Cerita Mudik

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 25
28 Mar 2025

Suka Duka Menyiapkan Sajian Idul Fitri

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 26
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun