Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Human Resources

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan Tanpa Minyak Goreng? Ah, Mana Bisa?

3 April 2022   12:43 Diperbarui: 3 April 2022   12:49 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Tanpa Minyak Goreng? Ah, Mana Bisa?
Bakwan sayur (sumber foto: tribuntravel.com)

Tapi sekali lagi, selagi orang masih merasa sehat-sehat saja, aneka gorengan pastinya tak terhindarkan untuk menjadi cemilan favorit.

Demi kepraktisan dan alasan kedaruratan

Tidak semua rumah tangga memiliki keistimewaan ketika menu berbuka hingga sahur sudah tersedia dengan lengkap karena memiliki juru masak tersendiri di rumahnya. Jelas itu berlaku hanya untuk kalangan rich, super rich hingga crazy rich.

Lha kalau orang biasa-biasa saja, bahkan yang hidupnya pas-pasan, rumah masih ngontrak di petakan, atau ngekos di kamar sempit, maka sepiring nasi putih plus lauk gorengan tempe ditambah kecap sudah lumayan untuk mengisi perut.

Minyak goreng dibutuhkan atas nama kepraktisan. Tempe, tahu, hingga telur paling praktis ya digoreng pakai minyak goreng. Kalau mau memasaknya dengan metode lain, misal sayur tempe atau tahu cabai hijau, butuh waktu yang lebih lama dan bisa jadi hemat minyak goreng tapi malah boros penggunaan bahan bakar gas.

Daging ayam dan ikan, paling praktis ya digoreng. Mungkin dengan metode dibakar juga bakalan lebih nikmat, tapi tidak bisa tiap hari dong. Effortnya membakar ayam dan ikan akan lebih capek dan rempong daripada sekedar menggorengnya.

Selain kepraktisan, salah satu kata kunci yang berkaitan dengan ramadhan dan minyak goreng adalah perkara kedaruratan.

Misalkan begini. Waktu hampir menuju imsak, dan seisi rumah bangun terlambat semua. Celakanya, belum ada yang menyiapkan makanan untuk menu sahur, kecuali nasi putih sisa semalam. Apa yang harus dilakukan?

Sepanjang di dapur ada persediaan telur ayam, tempe atau tahu siap goreng, atau bahkan nugget beku, maka langkah yang paling tepat dilakukan adalah segera memanaskan wajan beserta minyak goreng dan kemudian menggoreng telur, tempe, tahu atau nugget tersebut. Praktis dan siap saji.

Dalam kondisi darurat seperti itu, tidak ada manusia berakal sehat yang bakal merebus telur ayam untuk menu sahur. Kelamaan, keburu azan Subuh berkumandang.

Demikian pula andai memiliki air fryer di rumah. Pasti bakal tetap menggunakan minyak goreng dan wajan demi lebih cepat matang.

Ada lagi situasi saat siang hari di bulan Ramadhan dan tiba-tiba ada anggota keluarga yang datang bulan menjelang siang hari dan harus membatalkan puasanya. Lha kalau nggak ada lauk apapun, mau makan siang apa ya? Pastinya goreng telur adalah langkah paling mainstream.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun